Serangan Mendadak, Bertubi Tubi
Rasanya terlalu lemah kaki jenjang milik Ify berjalan dikoridor pagi ini, kepalanya sedikit tertunduk dan langkahnya begitu pelan, sama sekali tak bertenaga. Ah, andai ia punya sayap, ingin sekali rasanya terbang menuju kelasnya, pasti menyenangkan dan ia tak perlu lama lama berjalan sambil menyeret kakinya yang sama sekali tak mau diajak melangkah. Mager. Sama sekali tak fokus dan lelah. Ia bahkan hampir saja melewati kelasnya jika Patton tidak segera menarik tangan gadis itu untuk masuk ke kelas yang sudah mulai ramai. Hari ini sama sekali bukan hari yang baik menurut Ify, jika pada hari biasa saja saat ia bersemangat pelajaran pelajaran yang diajarkan tidak bisa ia tangkap, apalagi jika ia lelah seperti ini? Tamatlah sudah.
Septian yang sedang duduk dibangkunya sambil mengobrol atau lebih tepatnya berdebat dengan Cakka, membahas Ify tentunya, mengalihkan perhatiannya kepadah gadis itu, sontak Cakka mengikuti pandangan Tian lalu bergegas menghampiri Ify saat ia sadar jika Tian telah melangkah lebih dulu.
"My Lovely kenapa? Sakit? Sini abang Cakka obatin Ululuu..."
"Najis Cak!"
"Nahjong, Jauh Jauh Lo Cak"
Cakka tak peduli dengan Tian dan Patton, ia hanya memperhatikan Ify yang menelungkupkan kepalanya di meja.
"Fy, ke UKS yuk? Kalo kamu sakit gausah belajar ya?" Suara Tian terdengar lembut ditelinga Ify, namun tak cukup untuk membuat gadis itu menggerakkan kepalanya.
"Fy,_"
"Aku mau sendiri dulu, Yan. Bisa tolong tinggalin aku?" Tian menghela nafa berat lantas menarik tangan Cakka yang kekuh ingin terus disamping Ify dan menepuk pundak patton untuk ikut beranjak meninggalkan Ify yang kemudian memutuskan untuk menyendiri di perpustakaan. Tidur.
***
"Ify Alyssa?"
"Di UKS Bu, Dia Sakit." Ini untuk kedua kalinya Tian harus berbohong kepada guru yang mengabsen, selama tiga jam pelajaran gadis itu menghilang ntah kemana, dan sekarang sudah memasuki jam ke empat yang artinya sekarang saatnya pelajaran matematika dan gadis itu belum juga kembali.
Tian terlihat tenang dibangkunya meski sebenarnya ia sedang sangat sangat kahwatir dengan Ify, sementara itu Shilla sudah tak tahan lagi, rasa khawatirnya tidak bisa dibendung lagi. Shilla memandang kearah Agni juga Via yang terlihat santai, juga Tian yang berusaha setenang mungkin menangkap pelajaran yang sedang diajarkan oleh wali kelasnya. Ibu Sri Sundara.
"Bu" Shilla mengangkat tangannya sambil berseru membuat guru matematika yang sudah beranjak tua itu terpaksa mengalihkan tatapannya dari papan tulis, memandang Shilla dengan sedikit garang. "Saya mau izin ke toilet." Bu SS. Sapaan akrab ibu Sri Sundara. Mengangguk dan langsung menghadap ke papan tulis bersiap untuk menerangkan materi.
***
Shilla merutuki dirinya yang lupa membawa ponsel hingga ia harus mencari Ify ke seluruh penjuru sekolah sendirian , ia menatap nyalang ke seluruh sudut sekolah yang ia lewati tak ingin kecolongan sedikitpun, ia melangkah ke kiri saat berada di pertigaan antara kantin dan perpus, sangat tidak mungkin gadis berdagu tirus itu berada di kantin saat masih jam pelajaran jadi satu satunya tempat yang belum ia kunjungi adalah perpustakaan.
Shilla menyusuri perpus yang penuh dengan rak rak menjulang berisi novel, ia mengenal Ify, tak ada bacaan yang lebih menarik bagi gadis itu selain membaca novel. Ia melihat seorang gadis yang sedang meringkuk dipojokkan sambil memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya di lipatan kakinya, Shilla sangat sangat yakin bahwa itu adalah Ify, dilihat dari Body juga aksesorisnya yang digunakan gadis itu. Shilla berjalan pelan lalu segera merengkuh tubuh sahabatnya, Ify tersentak kaget sebelum isakannya kembali terdengar sesaat setelah mengetahui bahwa Shilla Lah yang tengah memeluknya.
"Aku harus apa, Shill?" Ify bergumam lirih, Shilla mengerti apa yang gadis ini tengah rasakan, semalam ia mendapat kabar bahwa ayah Ify masuk Rumah Sakit akibat penyakit jantung yang dideritanya sejak lama tiba tiba kambuh setelah lama tak pernah kambuh, sontak itu membuat Ify panik dan bingung ia tak tau harus menelepon siapa Sampe Shilla menghubunginya untuk mengingatkan akan tugas dari Mr. Antra yang harus dikumpulkan besok, ia sama sekali tak menghiraukan kata kata Shilla malah meinta tolong mengenai keadaan papanya. Itulah yang membuat Shilla panik saat Ify menghilang tak kembali ke kelas. Ia Tahu bahwa gadis itu sedang dirundung masalah yang sangat berat.
"Papa belum sadar, aku gak punya siapa siapa lagi, Shill. Ify takut..." Beruntung di perpus tidak ada orang saat ini, Shilla membimbing gadis itu untuk bangkit lalu menghapus jejak air mata yang mengalir dipipinya.
"Ify punya Shilla sama Tian, jangan takut Fy, kita Akan selalu jaga Ify. Sekarang Ify harus doa ya buat papa, semoga papa Cepet sembuh dan sadar." Shilla menahan mati Matian air matanya agar tak terjatuh, ia harus kuat demi Ify, ia tak boleh ikut menangis, Tidak!
"Tapi Ifu takut, gimana Kalo papa gak bangu lagi? Gimana Kalo papa Ninggalin Ify? Gimana Kalo papa Nyusul mama? Gimana Kalo papa Udah capek Ngurus Ify? Gimana Shill... "
"Ify, percaya sama Shilla, papa pasti kuat. Sekarang kita ke Kantin ya? Ify pasti belum makan." Shilla mengelus rambut Ify sayang, ia sungguh tak tega melihat sahabatnya seperti ini, setelah Rio menyakiti Nya kini giliran ayahnya yang sakit. Ia tak yakin Masi bisa berdiri jika itu menimpa dirinya.
Kedua gadis itu berjalan menuju Kantin setelah lebih dulu mampir ke toilet untuk membersihkan wajah Ify.
***
Ify meringis melihat pergelangan tangannya yang memerah akibat diseret pemuda jakung didepannya. Pemuda yang mati Matian ia hindari seminggu ini setelah kejadian Dimana Ia berjanji untuk tidak lagi mengejar lelaki itu setelah sebelumnya ia dilabrak oleh Vania saat ia izin ke toilet disela acara makan bersama mendadak nya dengan gadis itu dan ibunya yang ternyata adalah sepupunya!
"Jadi pacar gue!"
Bersambung.
Gantung Ya? Maafkan Akyu Pemirsah. 😘
AiYuu