Jumat, 09 Desember 2016

It's Not Dream Part10 * Cerbung Rify *

It's Not Dream Part10 *Oh My! Patton?!*



NB: Sorry Kalo Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret Banget....!!! Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap Ya! Hihi...
Lets Go To Story



Pagi ini Ify berjalan sendirian dikoridor sekolah, pukul lima lewat empat puluh tujuh menit, cukup pagi untuk ukuran sekolah yang masuk pukul setengah delapan seperti US. Baru beberapa orang yang datang, dan kebanyakan memilih mendengarkan musik ditaman atau membaca novel disamping kolam ikan.

Kelas gadis berdagu tirus itu masih sangat sangat sepi, hanya ada Lintar yang sedang tidur seperti biasa dan tas ransel berwarna marun yang IFy yakini sebagai tas milik Rio, namun Dimana lelaki itu? Ify memutuskan untuk keluar dari kelasnya, sekedar menghirup udara segar yang tersedia di sekitar sekolah ini.

"Rio?" Ify berusaha menyipit Kan matanya agar lebih jelas melihat sosok yang diyakininya sebagai Rio yang tengah berjalan beriringan dengan seorang gadis yang ntah siapa. Tapi, Ify pun tak yakin, karena yang ia lihat hanyalah punggung lelaki itu, dan rasanya terlalu sulit dipercaya jika seorang Rio yang terkenal Jenius lagi dingin kepada wanita itu berjalan bersama wanita.

"Udahlah, mungkin bukan dia." Ify menggedikkan bahunya, berusaha tak peduli dan kembali masuk kedalam kelas dan memilih untuk menjahili Lintar dengan bulu ayam yang ia dapat dari kemoceng kelasnya.

"Kabar gembira untuk kita semua, kini Rio Udah ada pacarnya. Rio hadir__" stop, IFy berhenti berlari dan segera menoleh kearah pintu, menatap Patton dengan pandangan yang sulit diartikan, bahkan ia sudah tak peduli saat Lintar telah dapat menggenggam pergelangan tangannya. Ia tak lagi mendengar apa yang Patton nyanyikan, yang ia Tau sekarang, Rio. punya. pacar.

"What?! Rio punya pacar?" Bukan, itu bukan suara IFy, itu adalah suara melengking milik Sivia yang seketika menyadarkan IFy dari lamunannya.

"Jadi, itu bener Rio?" Gumamnya pelan.

"Fy__"

"Aku Gak papa kok, Shill" senyum itu lagi! IFy melangkahkan kakinya keluar kelas. Semua mata yang ada di kelas itu menatap Patton bengis membuat lelaki humoris itu mengeryit bingung dan sepersekian detik kemudian tersadar akan perasaan dari teman sekelasnya, IFy. Patton lantas menggaruk kepalanya bingung sambil meminta maaf dan berjalan keluar kelas untuk meminta maaf pada IFy.

****

"Cinta itu sulit ya? Ada sakitnya, nyesek nyesek gimana gitu rasanya." Ify menoleh menatap Patton sekilas, ada yang berbeda dengan pelawak kelasnya itu, nada bicaranya terdengar sedikit setius dengan sedikit kekehan kecil didalamnya.

"Gue juga pernah ngerasain cinta kaya yang lo rasain ke Rio, bedanya Rio tau kalo lo duka sama dia, sementara gue? Nggak sama sekali."

" Gue sering jadiin dia bahan lawakan gue dikelas, berharap dia bakal lari ngejar gue kaya di film gilm India. But, it just my dream. Nyatanya itu gak pernah terjadi, dia terlalu ramah dan baik untuk melakukan hal hal kaya gitu." Patton berhenti sejenak, menoleh sekilas kearah Ify yang sedang menatapnya serius, lantas kembali menatap kedepan.

"Dia selalu ngeliat kedepan, kearah punggung orang yang terus jalan didepannya tanpa peduli sama gue yang jalan disampingnya, orang yang mungkin hanya sekilas terlihat. Mungkin salah gue gak berani maju seperti yang lain. Seperti seseorang yang awalnya punya posisi yang sama kaya gue, tapi dia lebih berani untuk maju sampai akhirnya terlihat." Patton terkekeh kecil dengan apa yang sedari tadi ia kayakan.

"Kenapa gue malah curhat coba?"

"Sampe lupa, gue kesini mau minta ma_"

"Kamu gay?"

"Hah?" Patton menatap Ify dengan pandangan super konyolnya. "Njay, ya nggak lah."

"Trus, yang kamu ceritain tadi bukannya Rio?" Patton kembali terkekeh, gadis disampingnya ini memang benar benar polos.

"Itu, Lo."

"Hah?" Oh ayolah jangan bercanda, Ify Shok! Bagaimana bisa seorang Patton Alindra menyukainya? Patton si pelawak kelasnya yang bisa dibilang cukup keren dengan segala macam jenis tingkah konyolnya itu menyukai Ify?!

"Selow kali, Fy. Gue lega lo udah tau"

"Kamu... Kamu....."

"Gue gak bohong, dan gak becanda." Potongnya. "Gue harap lo bisa jadi Ify yang biasanya walaupun lo udah tau perasaan gue."

"Huft... Iya, Ify janji! Tapi benerkan, Patton gak duka sama Rio?" Tawa Patton pecah, sekali Ify tetap saja Ify, polos dan apa adanya.

"Kalo akyu suka sama Rio, Kenapose? Ify taku kesaing ya sama akyu." Tawa Ify ikut pecah, itulah Patton, pelawak keren yang selalu bisa memancing tawa teman temannya. Hari menyakitkan sekaligus menyenangkan.

*****

Ify memasuki rumahnya dengan pangkah gontai, ia sungguh lelah hari ini. Bagus menatap anaknya dengan heran, tak biasanya ini terjadi, putrinya itu terus diam semenjak masuk kedalam mobil, bahkan semua candaan yang ia lontarkan sedari tadi sama sekali tak digubris oleh Ify. Bagus sangat yakin ada sesuatu yang terjadi pada putri tercintanya itu.

Dering telpon mengalihkan pandangan Bagus sekaligus fikirannya dari Ify. "Shilla?" gumamnya heran.

"Hallo om? Ify udah nyampe durumah kan? Ify gak ngelakuin hal hal aneh kan om? Ify gak mogok mak_"

"Shill, calm down! Pelan pelan aja nanyanya. Om pusing dengerin kamu ngomel." Ucap Bagus, terdengar suara kekehan Shilla disebrang telepon.

"Sorry Om"

"Ok, no problem. Sekarang cerita sama om."

Shilla mulai bercerita, apa saja yang telah terjadi hari ini dari awal Patton masuk hingga Kejafian dimana Rio tampak mesra dengan Vania sang murid baru yang di claim sebagai kekasih lelaki itu.

•••••

Ify masuk kedalam kelasnya bersama Patton dengan muka ceria, membuat raut wajah bingung tercipta diwajah wajah yang ada didalam kelas.

"Kenapa lo bedua sumringah gitu? Abis jadian ya? Wah dapet PJ donk gue?"

Pletak...
"Aw, sakit Oy"
"Ify tuh pacar gue, kira kira kali Shill kalo ngomong."

"Gue calon selingkuhannya Ify, Yan."

"Anjer lu, Ton. Gak sudi gue."

Ify tertawa melihat Septian yang belagak cemberut dan Shilla serta Patton yang tertawa terbahak bahak melihat wajah Tian yang ngambek.

Hening.
Rio tiba tiba masuk bersama bu Ira dan seorang perempuan yang diduga sebagai kekasih pria es itu.

"Ehem," satu deheman keras bu Ira menyaarkan semua yang tadinya menggoda Ify dan Patton untuk segera duduk dibangkunya masing masing tak terkecuali juga Ify dan Patton itu sendiri, juga Rio yang sedari tadi masi berdiri disamping gadis berambut coklat sepunggung disamping bu Ira.

"Hari ini kalian kedatangan murid baru lagi, kalian bisa berkenalan sendiri karena hari ini free day." Tak ada sorakan gembira, semuanya menatap murid baru itu sedikit aneh.

"Kok gue familiar ya ama stylenya?"

"Kaya sering liat"

"Mirip seseorang"

"Hy aku Vania. Vania Adity" para gadis saling pandang satu sama lain, kecuali Ify dan si kuper Lana, oh dan jangan lupakan Agni yang ntah mengapa menatap sinis pada si anak baru.

"Lo... Lo, yang model majalan D'fashion kan?!" Vania mengangguk kikuk melihat reaksi sok terkejut teman teman barunya, ia tau itu hanya bentuk apresiasi atas kehadirannya sebagai sosok baru dikelas ini.

Hening -lagi-
"Boleh gue tau gue duduk dimana?"

"Lo dud_"

"Boleh gue duduk sama Rio?" Vania memotong ucapan Sion sekalu ketua kelas, semuanya menatap gadis itu dengan jengah, 'murid baru sengak!' Pikir mereka.

"Lo, bisa pindahkan? Ashilla?" Semua orang yang ada disitu hanya bisa memperhatikan tingkah laku sang murid baru yang dengan sengaknya mengusir Shilla dari bangkunya disamping Rio, juga Rio yang hanya diam membiarkan gadis itu bertindak sesukanya.

"Rio pacar gue. So, jangan coba buat deketin dia!"

Rio Pacar Gue!
Kalimat itu melekat erat dikepala Ify, semuanya kaget, namun gadis berbehel di samping Sivia itu menegang, menggeser bangkunya lalu beranjak keluar, tak tahan disni.

UKS adalah pelarian yang dipilih oleh Ify, untungnya tempat itu sedang kosong, sepertinya petugas yang berjaa sedang keluar. Pintu bercat putih itu kembali terbuka, Ify sudah menebak, itu pasti Shilla atau Tian, tadi ia sempat melihat kedua orang itu beranjak dari bangkunya saat Ify berdiri dan berjalan cepat ke UKS.

"Ehem, bisa minta obat pusing gak?"

"Patton? Eh, itu... Ambil aja dikotak itu, eh"

"Nangis Aja!"

"Aku,_"

"Jangan sok kuat didepan gue, Fy." Kalimat Patton itu bak sihir yang membuat Ify Terdiam sejenak, sepersekian detik selanjutnya, tangis dan isakan gadis bermata hazel itu terdengar.

Ify memeluk erat tubuh maskulin lelaki yang tadi pagi mengungkapkan perasan kepadanya itu.

Clek, Prok Prok Prok...
Pintu baru saja terbuka kembali, memunculkan sosok yang menjadi penyebab tangisan Ify diiringi tepuk tangan dari Rio, lelaki dingin yang menatap Ify dengan datar namin tajam.

"Ngejar gue padahal punya cowo, dan sekarang pelukan sama cowo lain? Hehh..." Rio menatap Ify tajam dan dengan begitu dinginnya menghujat gadis itu.

"Lo, cewe yang berani beraninya ngejar cowo gue padahal lo punya pacar, dan sekarang lagi selingku! Gue peringatin sama lo! Stop gangguin cowo gue karena gue nggak suka!"

"Lo_"

"Biarin aja, Ton"

"Tap_"

"Patton!"

"Ck, gak usah sok drama disini, mulai detik ini jauhin Rio! Kalo perlu lo pondah sekolah aja sana, lagian gak pantes murid gak bisa mikir kaya lo masuk sekolah terkenal kaya gini. Cih... Parasit!"

Ify menangis sesunggukan setelah kedua orang iru melangkah pergi, semua yang dikatakan gadis itu benar, ia tak berilmu dan memang tak pantas bersekolah disini. Tapi, setidaknya ia masi punya sedikit sopan santun untuk tidak men Judge orang lain tanpa tau kebenarannya.

Setelah kepergian keduanya meninggalkan Ify yang menangis dipelukan Patton, tak lama Shilla dan Tian masuk membawa tas Ify, pelukan gadis berdagu tirus itu berpindah pada Shilla sang sahabat, menangis sepuasnya sampai ia merasa lega. Sahabat, ia bersyukur memilikinya.

••••

Shilla menceritakan semuanya melalui telepon kepada Bagus,, pria itu tersenyum haru seraya menutu teleponnya. Anaknya, putri kecilnya kini telah dewasa dan mulai mengenal cinta. Harapannya satu, ia hanya ingin putrinya bisa bahagia dengan cinta dan kehidupannya, sedikit sesal melingkupi Bagus, ia baru sadar bahwa waktunya cukup banyak tersita oleh pekerjaan yang membuatnya luput mengetahui perkembangan putri sematawayangnya itu.

Bersambung...