Sabtu, 19 September 2015

It’s Not Dream Part6 *Cerbung Rify*

 It’s Not Dream Part6 *He Is Come Back!*

 FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya

 Happy Reading Guys!

      
 NB: Sorry Kalo Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret Banget....!!! Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap Ya! Hihi...
Lets Go To Story

 Ify merebahkan dirinnya dikasur empuk berukuran king zize-nya, hari  ini sungguh melelahkan baginya, ia harus berkelilinng  mall untuk mencari kado yang cocok untuk Cakka, sekaligus mencari alat dan bahan yang akan digunakannya untuk memberi kejutan untuk lelaki itu.
 “huhh.. capee..!” ucap Ify setengah Berteriak, karena kelelahan ia memutuskan untuk membaringan tubuhnya sebentar sampai akhirnya ia tertidur lelap.
***
 “lo harus mati ditangan gue! gara-gara lo gue harus kehilangan orang yang gue sayang, lo harus mati sekarang juga! Hahahaaaa....” tawa  seoraang lelaki membuat Ify ketakutan, ia  sedang berjalan sendiian saat ini, ia menengok kesekelilingnya mencari orang yang tertawa itu, tidak ada orang didekatnya  setelah itu ia kembali memfokuskan jalannya kedepan tapi bertapa terkejutnya ia saat melihat seorang lelaki dengan pakaian serba hitam, laki-laki itu memakai kaca mata hitam dan sebuah masker membuat Ify sulit mengenali laki-laki itu.
 “ka.. kamu siiapa..? ke.. naaa... pa kamu ping..in bunuh aku?” tanya Ify gugup, pemuda itu tersenyum sinis dibalik maskernya, menertawakan gadis itu yang sungguh sangat polos dan lemah. Ia menatap Ify tajam dan mulai mendekati gadis itu, perlahan tapi pasti ia mulai dekat, dengan langkah pasti Ify mulai bergerak mundur.
 “lo pasti kenal sama gue Ify sayang, ayolah berfikir!” lelaki itu mengeluarkan pisaunya dari dalam kantung jaket hitamnya, Ify berfikir keras berusaha menebak siapa pemuda misterius ini, ia semakin ketakutan karena pemuda itu mengarahkan pisaunya kearah Ify, tapi, disela-sela ketakutannya ia  merasa kenal dengan suara itu, ia merasa begitu familiar dengan suara itu. Pisau itu semakin dekat dengan Ify, membuat gadis itu menutup matanya.
 “llo harus matii...!” teriak pemuda itu keras, dan,..
 “Aaaaaaaa........!!!”
***
 Ify terbngun dari tidurnya, keringat dingin terus bercucuran dikeningnya. Ia hanya mimpi, tapi mimpi itu begitu nyata membuatnya sangat ketakutan. Tak ada orang dirumahnya saat ini semuanya sedang pergi entah kemana. Jam dinding menunjukkan pukul 7.25 malam, dengan segera Ify meraih Handphonnya dan menghubungi seseorang, ia tidak peduli dengan siapa yang ia hubungi, yang penting sekarang ia memerlukan seseorang untuk menemaninya.
 “halloo..!”  terdengar suara seseorang yang sepertinya sangat malas untuk mengangkat telpon dari Ify. Ify terisak, suaranya seakan tak bisa keluar untuk sekedar menyuruh seseorang itu datang kerumahnya.
 “hikss... gu.. guee.. takuttt...!” hanya itu yang dapat dikatakan oleh Ify. ia sungguh tak sanggup berkata apapun sekarang.
 “lhoo.., Fy? Lo kok nangis sihhh..?” tanya orang itu kahwatir, tak ada jawaban dari Ify. Tuuttt... terdengar suara sambungan yang diputuskan oleh sebelah pihak, Ify terus saja menangis mimpi itu terlalu nyata hingga membuatnya terisak seperti itu.
 Tak sampai 10 menit terdengar suara pintu yang dibuka dari arah pintu masuk rumah Ify, dengan segera gadis itu turun dan memeluk sesosok pemuda yang baru saja datang itu, pemuda itu adalah Rio, ya kontak teratas dalam handpon ify adalah rio, dengan nama kontak “Ayank Io” nama itu disematkan oleh Via.
 “fy, lo tenang yaa..! Lo cerita sama gue, lo kenapa?” ucap Rio kahwatir, ntah kenapa tangisan Ify saat ditelephon tadi membuatnya merasa sangat kahwatir dengan gadis itu.
 “mimpi.. gue, takut... yo, gueee... hiks” Rio bingun dengan ucapann Ify  yang sungguh tak beraturan, ntah kekuatan dari mana Rio langsung merengkuh Ify guna menenangkan gadis itu.
 “udah sekarang lo tenang, udah ada gue disini. Lo nggak perlu takut lagi, oke!” ify mengangguk dalam dekapan Rio, ia merasa nyaman bahkan sangat nyaman hingga khirnya ia tertidur pulas.
***
 Pagi yang cerah secerah hati Ify hari ini, ya karen kejadian semalan hari ini ia bisa berangkat bersama Rio. Siswa dan siswi US memandang aneh keduanya, seorang Mario yang dikenal dingin bahkan sangat cuek kepada seorang Ify, kini datang dan berjalan berdampingan? Sungguh pemandangan yang jarang terlihat.
 “IFY! RIO?” Via dan Agni mengucek matanya masing-masing lalu berpandangan, benarkah yang mereka lihat, sahabatnya tengah berjalan bersama si manusia es? Apa mereka bermimpi? Rasanya tu tidak mungkin terjadi. Jika ada yang dianggap paling mustahil oleh mereka adalah kejadian seperti ini!
 “awww..” ringis Via, tiba- tiba saja Agni mencubit  pipi chubynya dengan sangat keras membuat siempunya pipi meringis kesakitan.
 “isshhh.... sakit atau Ag, lo ngapain sih nyubit-nyubit pipi gue yang unyu ini?” sungut Via sebal, sementara Agni hanya nyengir sambil memperlihatkan jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf phi (V).
 “ mau mastiin aja, Vi, ini gue mimpi atau emang beneran nyata. Sakit ya kalo gitu berarti ini nyata donk?” ucap Agni dengan tampang Watadosnya membuat Via ingin sekali menabok wajah sok imutnya itu.
 “gue tau pipi gue ini tuh unyu-unyu banget, imut, dan lo nggak punya pipi kaya gue gini. Tapi jangan dijadiin korban juga kali Ag, lo bisakan pake pipi lo yang kerempeng itu? Nggak usah pake pipi gue yang langkah ini juga keles!” ucap Via ngoceh sendirian, sementara Agni telah beralih posisi duduk dibangkunya sambil mengahadap belakang tepat pada bangku seorang gadis yang tengah tersenyum sangat manis. Ya siapa lagi kalau bukan Ify?.
 “Ditanah abang banyak pipi kaya lo, Vi!” ucap Agni, Via tidak lagi peduli dengan ucapan Agni, ia lebih memilih fokus pada Ify yang sedang gila hari ini.
 “fy, lo masih waraskan? Ify...! ifyyy......!!” panggil Agni dan Via yang sudah berada didepan gadis cantik itu, Ify masih sibuk dengan lamunannya sendiri. Tak sadarkah ia telah membuat banyak orang cengo atas apa yang terjadi pada dirinya hari ini?. Agni membisikkan sesuatu ditelinga Via, mungkin sedang merencanakan sebuah ide jail.
 “ IF-“ tepat saat kedua gadis itu akan berteriak, tiba-tiba Bu Oky yang merupakan guru matematika dikelas Ify memasuki kelas sontak membuat semua murid yang tadinya berserakan kemana mana kembali ke bangkunya masing-masing. Ify yang samasekali tak menyadari hal itu terus saja melamun, tak lama kemudian Bu Ira selaku kepala sekolah masuk dengan seorang pemuda berwajah tampan, dengan tubuh tinggi dan tegap, hal itu membuat riuh kelas X11.1.
 “ ehemm...! Oke all, hari ini kita kedatangan murid baru, namanya Septian, dia pindahan dari Paris. Ibu harap kalian biasa menerima dia sebagai teman kalian! Dan Bu Oky, saya mau bica sebentar. Mari ikut saya. Kamu silahkan duduk dikursi yang kosong itu” suara bisik - bisik tetangga dari kaum perempuan kelas itu pun semakin bertambah saat tau bahwa murit baru nan tampan itu merupakan pindahan dari Paris. Ify yang mendengar samar - samar suara Bu Ira yang menyebutkan nama kota impiannya Paris segera mendongakkan kepalanya, menatap sejenak orang yang berada didepan kelasnya itu.
 “TIAN?” belum sempat Septian melangkah dan duduk dibangkunya teriakan Ify membuat seluruh orang yang ada dikelas itu memandang kearah dirinya. Ify tak teralu peduli dengan itu, ia berusaha menyadarkan dirinya bahwa yang ia lihat itu salah, tapi ini benar benar nyata!
 “hy, Fy!” Jawabnya sambil memamerkan senyum lebarnya, membuat kaum perempuan semakin terpanah. Sementara ify? ia masih tak percaya dengan apa yang sedang terjadi, sebelum sebuah pertanyaan sederhana dari Dea, teman sekelasnya yang terkenal kepo membuatnya sadar kembali.
 “Kok lo kenal Ify? lo siapanya dia?” Ify mematung, pertanyaan itu memang cukup bahkan sangat - sangat sederhana, tapi jawaban dari pertanyaan itu yang membuat Ify sedikit deg degan, bahkan Via yang duduk disamping Ify dapat merasakan ketegangan gadis itu. Ify memandang Septian seakan tengah memohon sesuatu, setelah itu ia menundukkan kepalanya dan berdo’a ntah apa yang ia do’akan.
 “Ify itu sahabat gue dari SD dan SMP....” septian berhenti sejenak, ia melihat Ify tersenyum lega, pemuda itu tersenyum tipis melihat tingkah gadis itu yang tak pernah berubah sejak dulu, tetap polos. Ia lantas melanjutkan kata-katanya.
 “sekaligus cinta pertama dan satu-satunya pacar gue! dan gue juga tau kalo satu-satunya pacar dia tuh Cuma gue, sampe sekarang! Dan kita belum putus.” OMG! Ingin sekali rasanya ify menimpuk kepala lelaki itu dengan novel  -novel yang berada dilaci mejanya sekarang seperti kebiasaannya saat SMP dulu, pipinya memerah bagai tomat matang, Septian benar benar membuatnya malu, ia melirik sekilas teman - teman sekelasnya terutama Rio, lelaki itu terlihat biasa saja seakan tak peduli, membuat Ify sedikit kesal dengan lelaki itu *EmangLoSiapanyaRio?.
 “ lo beneran pacarnya Ify? mana buktinya?” ucap Acha yang tengah patah hati, baru juga nemuin cowok ganteng yang yah, hampir sebandinglah sama sang idola, Rio. Ify melotot, tapi apa daya? Tak ada yang bisa ia lakukan selain menyembunyikan wajahnya. Septian kembali menatap Ify lantas membuka dompetnya, dan menunjukkan sebuah foto. Disana terlihat Ify dan Tian yang sedang berpose romantis, ditengah tengah foto itu terdapat sebuah tulisan yang berbunyi.
~ Tian <3 Ify ~
25 Juli 2009
 Tak hanya itu, disana juga terdpat tandatangan Ify dan septian, ify merutuki pemuda itu. Ia berjanji, septian tak akan selamat kali ini. Cittt.. suara decitan pintu membuat aktivitas tanya jawab dikelas itu terhenti sejenak. Shilla tiba tiba masuk dan langsung duduk dibangkunya bersama Rio, tepat dibelakang Ify dan Via, hari ini ia sedikit telat. Ia masih belum menyadari bahwa ada wajah baru dikelasnya.
 “hy, Shil!” ucap Septian sekedar menyapa, Shilla mendongakkan kepalanya, melihat kedepan karena merasa ada  yang memanggilnya. Hampir sama dengan ekspresi Ify tadi Shilla juga sama kagetnya. Ia memandang Ify yang sedang menundukkan kepala. Belum sempat Dea si Miss kepo kembali bertanya, Bu Oky kembali masuk dan melanjutkan pembelajara yang sempat tertunda.
***
 “Fy...! Shill...! kantin yuk!” ajak Septian, ia memandang kedua gadis itu bergantian. Ia tidak melihat raut benci dari keduanya, hanya saja ada sedikit rasa canggung diantara mereka dan ia tak tau apa sebab dari semua ini.
 “em... duluan aja sama Ify, ntar aku nyusul!” ucap Shilla cepat, Tian dapat melihat raut kecewa diwajah Ify, juga rasa menyesal diwajah Shilla. Lelaki itu sudah sangat lama mengenal kedua gadis itu, ia sangat hafal dengan ekspresi, tingkahlaku, bahkan kebiasan mereka berdua walau sudah hampir 3 tahun mereka tak pernah bertemu.
 “kalian berdua kok aneh banget sih? Apa terjadi sesuatu saat gue pergi?” tak ada yang menjawab, merasa tak ada yang merespon Tian menarik kedua gadis itu agar mau ikut dengannya kekantin. Tak peduli berapa banyak mata yang menatap mereka dengan tajam.
 “hey... mau lo bawa kemana Ify gue?” Cakka yang baru saja akan menghampiri Ify dikelasnya langsung berpaspasan dengan Tian yang tengah menggandeng Ify dan Shilla, ia tak memperulikan Cakka. Tak lama setelah rombongan itu pergi, Agni segera menyusul bersama Via.
 “Vi... Ag,,... itu siapa?” tanya Cakka lagi saat melihat Agni dan Via yang sedang Menyusul rombongan tadi, kedua gadis itu terus saja berjalan tanpa mengubris pertanyaan dari Cakka, membuat pemuda itu kesal. Tak lama kemudian Rio keluar seperti biasa, dengan wajah datarnya dan gaya coolnya. Awalnya Cakka sempat tak yakin bertanya pada makluk cuek satu ini, tapi dengan segenap keyakinannya, ia kembali mempertanyakan hal yang sama dengan yang ia tanyakan kepada dua sobat Ify tadi. Sama saja dengan sebelumnya, tak ada jawaban.
 “Makan hati gue! sakitnya tuh disiniii...!” ucap Cakka lebay lalu segera berlari menyusul Agni dan Via yang telah lebih dulu menyusul Ify.

 Bersambung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar