It’s Not Dream Part9 *Kesel! *
NB: Sorry Kalo
Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret
Banget....!!! Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap
Ya! Hihi...
Lets Go To Story
FB:
Yullia Pnt
Yullia's Story
Twitter:
@Yullia_Rise
Wattpad:
@YulliaUllya
Instagram:
@Yullia_Rise25
Ask.Fm:
@YulliaUllya
“apa emang gue segitu nggak
berartinya bagi mereka semua? Hehh. Bahkan orang rumah gak satupun yang inget
sama ultah gue? Trus apa artinya semua yang gue lakuin sama mereka semua selama
i__”
BRUGG..
“Adaww.. Ishh.. Eh Cakka HBD
Cak.” Tiba-tiba tepat saat jam tangan diatas nakas Cakka menunjukkan pukul
23.56 seabrek(?) orang masuk atau lebih tepanya terjatuh didepan pintu kamar
Cakka yang memang tak dikunci. “Ish.. Sakit tau, yan.” Shilla yang tadi berada
dibaris depan sedikit berbisik pada sahabatnya itu. Naluri keponya muncul
seketika ketika tadi saat hendak masuk dan mengucapkan HBD Kepada Cakka mereka
terhenti saat mendengar sang empunya kamar sedang galau. Cakka menatap Shilla
dengan kening berkerut Gimana Bisa? Bagaimana bisa Shilla berada disini?
Berdiri paling depan pula? Impossible.
“Ngapain lo disini, Shill?”
Shilla menunduk, teman teman kelas Cakka yang memang ikut merencanakan kejutan
ini untuk Cakka juga ikut menatap gadis itu seakan ia adalah seorang penyusup.
***
“jadi? Siapa yang ngerencanain ini semua? Tau gak sih? Gue itu udah galau pake
BGT. Masa dihari paling bersejarah didunia, diamana orang paling ganteg dijagat
raya ini terlahir keduania, gak ada satupun yang ngucapin HBD. Apalagi My
Lovely Ify juga gak ngucapin. Kesel dehh..” Cakka menatap semua yang ada disana
dengan tatapan kesalnya, ia sudah tak lagi mempermasalahkan Shilla, Cakka telah
mendengar semua penjelasannya dari Shilla, Ify, dan Tristan. Cakka menatap
lelaki itu dengan tatapan sengit, ngapain dia disini? Padahal ia berhrap bisa
merayakan haru ultahnya hanya berdua dengan Ify, tapi ini? Udah pengganggunya banyak,
ditambah lagi dengan Tristan yang terus mepet dengan Ify. Ah, ia semakin kesal.
“Ify noh Cak, dia ngelarang kita
semua bilang HBD, padahl nih ya, gue udah mau ngucapin HBD tuh pas jam 00.00
kemaren. Makanya sebenernya lo harus neraktir gue kemaren, emm.. tapi bisa kok
diganti besok.” Ucap Via lantas mendapat toyoran dari Agni yang duduk tepat
disampingnya.
“Dasar lu otak makanan. Bilang
aja mau ditraktir sama Cakka! Orang gue telpon lo jam 10 aja kemaren lo udah
ngebo, Hadeh... Via.. Viaa... Tadi aja kalo gak gue bangunin lo udah ngebo
disofa.” Via menatap Agni tajam, perempuan ini menggagalkan rencananya makan
gratis besok, ia lantas kembali menatap Cakka sambil menggaruk belakang
kepalanya dan menampilkan cengiran khasnya.
“ya tapikan gue udah ada niat buat ucapin HBD
ke lo jam 00.00 kemaren. Cuma ya gitu deh, lo tau gue kan? Hehee.. ketiduran”
Cakka menghela nafas mengerti, temannya yang satu itu memang rajanya tidur,
jadi tak usah berharap ia akan bisa bangun atau begadang sampai tepat jam
00.00.
“Huhhh..
yaudah deh. Sebagai hadiah karena kalian udah rela dateng kerumah gue
malem – malem gini, besok gue bakal traktir kalian semua dikantin, kecuali, Lo!
Oke?” Ucap Cakka sambil menunjuk Tristan.
“Emang siapa juga yang minta ditraktir sama
lo? Gue juga gak butuh kali traktiran lo. Malahan besok gue malah niat neraktir
kalian semua besok. Ya termasuk lo lha.” Ucap Tristan yang duduk disamping Ify
sambil bersedekap.
“Oh iya, besokkan anniv lo sama Ify, yan? Wah
nggak kerasa udah enam tahun aja lo bedua, selamet ya.” Ucap Shilla spontan,
seakan mellupakan kalau sekarang ini ia sedang berada dirumah Cakka dan sedang
banyak orang disini. Ify merutuki perkataan sahabatnya itu barusan, ia bahkan
tak berani melihat raut wajah Cakka sekarang.
“Halah, baru juga enam tahun, bentar lagi juga
lo diputusin ama My Lovely Ify, diakan cintanya sama gue bukan lo.”Ucap Cakka
sedikit emosi, adu mulut antara Tristan dan Cakka pun terus terjadi, sampai
akhirnya semua orang yang ada disana memutuskan untuk menginap dirumah Cakka
dan mengehentikan pertengkaran kedua lelaki itu.
***
seperti janjinya semalam, Septian telah
membuking salah satu cafe yang dekat dengn sekolahnya untuk meraykan hari
jadiannya dengan Ify yang ke-6 tahun, seluruh teman sekelasnya ia undang
termasuk Rio. Ify mati – matian berusaha menghindar dari Rio, sungguh tak
disangka lelaki itu mau datang ke acara seperti ini, sungguh kejadian langka.
“Emm.. Yan, akuu.. ketoilet bentar ya?” Septian
hanya mengagguk mengiyakan, sementara Septian yang sibuk kembali berbaur dengan
teman teman yang lain, Ify memutuskan untuk bersembunyi di Toilet, ntahah ia
sungguh tak ingin bertemu dengan lelaki itu ditempat ini.
“Semoga pas aku keluat toilet, Rio udah
pulang.” Ify memejamkan matanya dan membukanya kembali, hendak melangkah menuju
toilet, namun betapa terkejutnya gadis itu ketika orang yang sangat diindarinya
malam ini tengah berada didepannya. Oh tuhan...
“Kenapa? Ngusir gue, lo?” ucap Rio yang tadi
mendengar gumaman Ify. Gadis itu masih menampakkan ekspresi cengonya.
“hah? Eh, ”
“hah, he, ha, eh, udah minggir!
Gue mau lewat.” Ucap Rio sedikit ketus lantas berlalu dari hadapan Ify yang
masih mematung ditempatnya.
***
Ify sedikit membanting tubuhnya dikasur, sungguh hari yang melelahkan.
Entahlah, ia tak tau bagaimana ia bisa belajar bersama Rio besok setelah
kejadian tadi. Oh ayolah, Ify berharap Rio bisa sedikit pikun dan melupakan
kejadian tadi. Ingin rasanya Ify tidak melaksanakan perintah dari Bu Winda
untuk berlajar bersama Rio besok, bukan. Bukan karena ia telah berhenti
menyukai Rio, melainkan ia masih sedikit merasa bersalah kepada Rio atas
kejadian di Cafe tadi. Huhh.. padahal ia sama sekali tak mengusir Rio, ia hanya
berharap Rio segera pergi dari acara itu. Juts it.
“Bunda, hari ini Rio kayanya
marah deh sama Ify. Soalnya, tadi Tian ngadain perayaan hari jadian kita, terus
masa Rio dateng sih, ma? Kan aneh. Trus parahnya lagi, pas Ify lagi do’a supaya
Rio cepetan pulang, eh malah ada Rio didepan Ify. Dia ngira Ify ngusir dia.”
Ify mulai melakukan kebiasaanya curhat kepada foto bundanya, ia memeluk erat
foto wanita yang telah melahirkannya itu sambil terus bercerita dan menerawang
kejadian di Cafe tadi.
“Huaahhh.... Ify Pusing. Bunda,
besok Ify harus gimana didepan Rio? Apa Ify kaya jadi kaya biasa aja? Atau
ngehindarin Rio? Tapikan kalo Ify jauhiin Rio, Ify gak bisa, Bun? Trus gimana
donk?” Ify terus saja berceloteh ria sambil memeluk foto bundanya. Sampai
akahirnya, ia tertidur setelah puas mencurahkan isi hatinya.
***
“ ngapai lo ngikutin gue?” Ify menunduk, tak berani menatap mata elang lelaki
yng kini berada dihadapannya. Rio, ada yang berbeda dari lelaki itu hari ini,
sepertinya ia masih kesal dengan Ify sampai sampai melupakan alasan mengapa
gadis itu masih membuntutinya sampai keparkiran, Ify mendengus, tapi tetap
menunduk.
“Ify kan punya jadwal belajar
bareng kamu, Yo.” Ucap Ify polos, seakan tanpa beban. Rio menghela nafas lantas
bersedekap menatap gadis yang terus menunduk itu.
“Yaudah” Rio berbalik lantas
menaiki motornya, tepat saat akan mengenakan helm, ia menengok kebelakang.
“Ngapain lo naik?” Huftt...
hampir saja Ify terjatuh, ia hendak menaiki motor Rio saat itu.
“Kan mau kerumah kamu,Yo.”
“Minta anter aja ama PACAR lo
itu.” Ucap Rio sambil sedikit menekan kata pacar lantas segera pergi
meninggalkan Ify yang hanya menatap pasrah kepergianya.
***
“bebep gue mana, Vi?”
“kencan ama Rio.” Cakka menatap
Agni tajam, lantas kembali menatap Via.
“Vi, beneran If_ “
“yaiyalah, masa gue bo’ong.”
“ Kok lo mulu sih yang jawab?
Gue kan nanyanya ama Via bukan Ama lo Agnoy.” Cakka mulai kesal dengan Agni
yang sedari tadi terus menjawab pertanyaan yang ia peruntuhkan untuk Via.
“Masalah gitu? Toh yang gue
bilang juga bener. Kenapa? Cemburu lo? Uhh... kacian. Dasar Cicak! Wlee... “
“Dasar Cewe Setengah Mateng! Ah,
Kesel Gue Lama Lama” Cakka berbalik dan dan lantas meninggalkan kedua perempuan
yang mengaku sebagai sahabat Ify itu dengan wajah yang memerah menahan
kekesalannya.
***
Ify benar benar mengikuti perintah Rio. Ia datang kerumah pemuda itu bersama
Septian, bahkan lelakii yang mengaku sebagai pacarnya itu meminta untuk ikut
belajar bersama. Yah tentu saja Rio menolak, tapi dengan seribu alasan yang dikeluarkan
Tian, maka disinilah mereka sekarang, berjalan menyusuri lorong rumah Rio untuk
menuju taman belakang..
“ngapain lo duduk deket gue?
Sanah, duduk dideket pacar lo! Ntar dia cemburu!” Ify beringsut mundur, menjauh
dari Rio dan segera duduk didekat Tian yang hanya menampilkan senyumannya,
sementara Zeth yang melihatnya hanya dapat menggelengkan kepalanya.
Selepas belajar bersama yang
sungguh menjengkelkan hari itu, Rio memutuskan untuk segera melepas penat
dengan cara paling mujajarab yaitu tidur. Ia telah memejamkan matanya, tapi
tetap saja otaknya masih memikirkan kejadian saat belajar tadi, saat Tian tidak
sengaja memegang tangan Ify saat hendak mengambil snack.
“ah pusing gue, ngapain sih gue
mikirin yang kek gituan. Ingat Rio, lo harus fokus ama ujuan lo. Oke” setelah
lelah terus menggerutu, Rio memutuskan untuk membasuh wajahnya lalu segera teridur
pulas diatas kasur empuknya.
****
Hari ini, US dikejukan dengan
kedaangan Cakka dan Shilla yang nah bagaimana caranya bisa daang bersama sama.
Ah, dua hari beruru uru Shilla membua heboh seluruh penjuru sekolah, ak
erkecuali Ify, Via, Juga Agni yang nah kenapa
erliha paling kesal danara yag lain.
“Dia jadian ama Cakka?” anya Via
polos kepada Agni juga Ify, Ify menggeleng ah ahu, semenara Agni menggeran nah
kenapa, mungkin emosi.
“apa Si Cakka udah move on dari
lo kali ya, Fy?” any Via lagi, dan ekspresi kedua orang yang dianya masih saja
sama, iba iba kedua orang yang sedang menadi objek pembicaraan mereka daang
menghampiri dengan cengirang yang nahlah, terliha memuakkan dimata seorang
Agni.
“Pagi My Lovely, Pagi Via, Pagi juga, lo” ucap Cakka kepada tiga cewe
didepannya, Agni hanya melongos dipanggil seperti itu.
“Lo ngapain daeng bareng ini
cewe? Udah jadian lo bedua? Rus slama ini apa maksud lo ngejar ngejar sobad gue
si Ify? Hah? Tiba tiba datang bedua sama dia, tapi masi aja nyapa Ify pake sebutan
My Lovely segala, gak tau malu bange
lo jadi cowo. Dasar playboy.” Agni kesal, sungguh. Nah apa yang membuanya ingin
sekali menumpahkan kemarahannya kepada sosok lelaki didepannya ini. Cakka cengo
mendengar ocehan gadis itu, sementara Shilla terkikik geli.
“Gue sama Cakka gak ada hubungan
kok, Ag. Tenang aja, tadi kebetulan mobil gue mogok, trus ketemu Cakka dijalan,
yaudah gue numpang sampe sekolah.”
“Yaa... ya,.. tetep aja kan anak
anak pasti mikirnya lain lhaa.. ish..” Agni pergi setelah mengucapkan itu, ah eungguh
ia malu sekali sekaligus lega. Hah? Lega ‘astaga, apa yang gue pikir coba?’
Agni melongos dengan pikirannya sendiri sambil terus berjalan. Semenara itu,
keempat orang tadi hanya memerhatikan kepergian gadis itu sambil mengeyit aneh,
mungkin hanya Ify yang tersenyum.
***
“Eh, Fy. Temen lo aneh deh, daritadi
sensi mulu, abis itu senyum sendiri, eh bentaran sensi lagi. Maunya apa sih?
Ish, bikin kesel gue aja.” Via terus saja mengoceh, tanpa peduli pada Agni yang
ia sebut sebut sebagai teman Ify tadi sedang menatapnya garang.
“Ih, Agnikan temennya Via jugak.
Iyakan, Ag?”
“Eh, Agni Sayong. Sejak kapan lo
sadar dari alam gila lo? Adaww.. Saki bego.” Via meringis karena kepalanya
dioyor Agni, sementara Shilla dan Ify hanya terkikik geli dengan tingkah
keduanya.
“apaan lo bilang gue gila?” ucap
Agni ketus.
“hehee.. Piss Ag.”
“Kalian lucu ya?”
“Hah?” Agni dan Via hanya saling
menatap heran satu sama lain ‘lucu? Shilla mulai setres kali ya?’ pikir keduanya.
“iya, kalian lucu banget tau
gak. Kaya om and jarry, kalo ketemu berantem, tapi kalo udah kompak bikin iri yang
lain.”
Bersambung....
Maafkan Gue Atas Segala Kengaretan And Thypo Yang Gue Sebabkan. :v
Saran Sarannya Gue Tunggu... :*
Maafkan Gue Atas Segala Kengaretan And Thypo Yang Gue Sebabkan. :v
Saran Sarannya Gue Tunggu... :*
Follow My Twitter Yak @Yullia_Rise