Kamis, 24 September 2015

It’s Not Dream Part7 *Cerbung Rify*

It’s Not Dream Part7 *Bisakah?*

 FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya

 Happy Reading Guys!

    
 NB: Sorry Kalo Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret Banget....!!! Maap Yaaa... Buat Yang Udah Ngedemoin Gueee...!!! :D Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap Ya! Hihi...



 “Vi... Ag,,... itu siapa?” tanya Cakka lagi saat melihat Agni dan Via yang sedang Menyusul rombongan tadi, kedua gadis itu terus saja berjalan tanpa mengubris pertanyaan dari Cakka, membuat pemuda itu kesal. Tak lama kemudian Rio keluar seperti biasa, dengan wajah datarnya dan gaya coolnya. Awalnya Cakka sempat tak yakin bertanya pada makluk cuek satu ini, tapi dengan segenap keyakinannya, ia kembali mempertanyakan hal yang sama dengan yang ia tanyakan kepada dua sobat Ify tadi. Sama saja dengan sebelumnya, tak ada jawaban.
 “Makan hati gue! sakitnya tuh disiniii...!” ucap Cakka lebay lalu segera berlari menyusul Agni dan Via yang telah lebih dulu menyusul Ify.
***
 Hening. Itulah keaadaan dimeja tempat Ify, Shilla, dan Tian berada sekaraang. Tak ada yang membuka pembicaraan, Ify menundukkan kepalanya berusaha mengusir rasa gugup yang sedang menderanya sekarang tak jauh berbeda dengan Shilla yang memilih untuk menaalihkan pandangannya kepada apa saja yang ada disekitar kantin, Septian menatap kedua gadis itu dengan pandangan bingung dengan apa yang terjadi dengan kedua orang itu selama ia pergi.
 “kalian berdua kenapa sih? Kok pada diem-dieman terus dari tadi?” tak ada jawaban dari kedua gadis itu, membuat Tian hampir frustasi dibuatnya. Kepalanya hampir pecah memikirkan apasaja yang telah terjadi  kepada keduanya saat ia pergi.
 “em... yan! Gue duluan ya, ada rapat Osis. Bye!” Shilla melenggang pergi  meninggalkan Ify dan Septian, Ify meenghela nafas pelan, ntah karena lega atau menyesal tak ada yang tau, Tian hanya memperhatikan gerak gerikya sedaritadi dapat menyimpulkan bahwa saat bersama Shilla tadi Ify merasa gugup.
 “woy...!!! lo ngapain berduaan sama my lovely! Sana lo, minggir!” Cakka tiba-tiba datang bersama Agni dan Via, lelaki itu langsung menggeser tempat duduk Septian yang tepat berada disamping Ify. Ify, Agni dan Via yang sudah sangat terbiasa dengan sikap Cakka itu hanya mampu menggelengkan kepala, Tian menatap Cakka dengan tatapan mengejek seakan akan berkata ‘Alay banget nih orang’. Tanpa memperdulikan tatapan sengit yang diberikan untuknya oleh Tian, Cakka segera duduk disamping Ify sambil memerhatikan wajah gadis itu.
 “Cantik!” Ucap Cakka tiba-tiba, Ify tak merespon ucapan Cakka, ia sudah sangat maklum dengan lelaki itu. Yang sabar aja deh dia kalo deket sama Cakka, lagi pula ia beruntung punya Cakka yang selalu membela dan melindunginya, yah walaupun sering kali cara Cakka menunjukkannya dengan cara-cara yang lebay atapun norak. Tian mulai terlihat ifil dengan semua yang dilakukan Cakka.
 “Dari dulu Ify juga udah cantik kali, Cak!” Agni tiba-tiba menyahuti ucapan Cakka, ia tak tau kenapa, jika Cakka berbicara, seakan sudah disugestikan, ia selalu menjawabnya dengan nada yang ketus. Cakka menatap kearah Agni yang sekarang sedang melahap bakso pesanannya yang baru saja datang dengan lahapnya, segelincir(?) ide jail tiba-tiba muncul dikepalanya.
 “ehem... Ag! Lo nggak jiji makan itu?” Ify dan Via mulai melihat siluet-siluet sesuatu yang tak beres dimata Cakka, sepertinya hal buruk akan segera terjadi. Agni mengeryit heran dengan pertanyaan lelaki itu, ia menatap sekilas bakso pesanannya lalu segera menggeleng, Tian yang ada disana hanya bersikap acuh tak acuh dengan semua yang dilakukan Cakka.
 “emang kenapa sama bakso ini? Orang enak juga! Bilang aja lo mau!” ucap Agni seraya kembali melanjutkan makan cantiknya, Cakka masih stay dengan raut wajah jijinya. Ify, Tian Dan Via hanya menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh pemuda berpipi sedikit chubby itu.
 “ITU ADA CICAKNYA AGNI!” teriak Cakka tiba-tiba. FUHH.... Semua bakso yang tengah dikunyah Agni langsung menyembur kemuka Cakka yang memang tepat berada dideppan gadis itu. ‘sial, gue kena batunya!’.
 “Mana Cicak? Mana? Huaaa.... mama.. ada Cicak kembarannya Cakka!!!” teriak Agni, dari luar boleh saja ia terlihat tomboy, tapi sebenarnya gadis itu sangat takut dengan yang namanya cicak. Siswa siswi yang berada dikantin langsung ricuh setelah mendengar teriakan Agni, terutama para perempuan yang memang kebanyakan merasa jiji dengan hewan yang satu itu. Kursi-kursi dan mejah kantinn tak lagi tertata rapi, banyak piring dan gelas yang pecah juga makan yang tak bersalah berceceran dilantai, suasana kantin saat itu sungguh kacau.
 “STOOOOOPP!!!!” bagai ada yang tengah menekan tombol pause, kantin yang tadinya gaduh karena triakan Agni menjadi hening seketika. Tepat didepan pintu masuk menuju kantin Bu Christy yang dikenal dengan kebaik hatiannya namun juga disiplin sudah berada disana.
 ***
 Disinilah Cakka dan Agni sekarang. Gudang. Untung saja yang bertugas hari itu adalah Bu Christy, jadi mereka hanya disuruh untuk membersihkan gudang sekolah, bagi murid-muris US itu termasuk dalam kategori hukuman yang paling mudah. Jika guru lain, bisa-bisa mereka diukum membersihkan toilet, lapangan basket, atau bahkan membersihkan seluruh sekolah dan itu selama seminggu.
 “gara-gara lo nih gue jadi ikutan dihukum. Dasar Cicak!” Agni bersungut sebal, sambil terus membersihkan gudang, sementara Cakka sudah melotot mendengar Agni menyebutnya Cicak, udah keren gini masih dipanggil Cicak.
 “heh... dasar lo, katanya aja tomboy eh... sama Cicak aja takut lo! Cewe Semen lo!” ucap Cakka, Agni hanya bisa menngeryit heran lantaran tak mengerti dengan ucapan Cakka, emang dia patung dibilang cewe semen? Hellow ini Agni asli tau.
 “maksud lo apa ngatain gue semen? Lo kira gue patung apa? Gue asli tau nih liat!” Cakka terkikik geli, bukan itu arti dari kata-katanya. Melihat reaksi Cakka seperti itu membuat Agni mengeryit heran. Apakah Cakka sudah gila karena terus ditolak Ify? *Maybe
 “ lo tau nggak semen artinya apaan?” tanya Cakka kepada Agni yang hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh Cakka. Melihat Agni yang sepertinya tidak berniat menjawab Cakka lantas membuka mulutnya kembali. “dengerin ya. Se, artinya Setengah! Men, berasal dari bahasa Inggris, lo tau lha artinya, otaklo kan lumayan! Kalo gitu gue pergi dulu, selamat berfikir!” Cakka lantas ngacir, Agni masih memikirkan arti dari ucapan Cakka tadi. Krikk... Krikkk....
 “Cakkaaaa.....!!! dasar Cicak ngeselin! Maksud lo apa ngatain gue setengah cowo?? Aghhrrr....” Agni berlari sekencang mungkin untuk mengejar Cakka, ia tak terima dibilang setengah cowo oleh Cakka, yahh walaupun sebenarnya itu benarpun ia tak rela. Tenaga Cakka hampir habis karena terus berlari, ia menengok kebelakang dan dapat dilihatnya bahwa Agni sudah berada sekitar 2 meter dibelakangnya padahal ia yakin tadi sudah meninggalkan gadis itu sejauh mungkin. Ia lelah dan akhirnyaa memutuskan untuk berhenti berlari, terserah gadis itu ingin mengapakannya, yang penting sekarang ia lelah dan butuh istirahat.
***
 “kena lo sekarang!” Agni menggenggam erat tangan Cakka, banyak orang yang memerhatikan mereka dengan berbagai tatapan aneh. Agni dan Cakka masih berusaha menormalkan nafasnya yang tersengal-sengal, sampai suara koor-an membuat keduanya sedikit terkejut.
 “ciee,... Cakka udah move on dari Ify nie yeee...”
 “Akhirnya seorang Agni jatuh cinta”
 “cie... Cakka, tak ada rotan akarpun jadi!”
 “lo berdua mau main film India? Pake kejar-kejaran segala!”
 “hahahaaa.....”
 Kira kira itulah beberapa koor-an yang terdengar, Agni yang tersadar langsung saja melepaskan genggaman tangannya pada lengan Cakka. Keduanya terlihat sedikit salting, namun tak lama kemudian mereka telah bisa mengntrol diri masing-masing.
 “eh kalo ngomong dijaga kek. Ntar kalo bebeb Ify gue denger gimana? Ntar dia salah paham lagi! Kalo my bebeb Ify marah lo semua gue hajar ntar!” ucap Cakka dengan nada serius, seseorang diantara mereka semua hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, seakan tidak setuju dan sedikit kecewa dengan ucapan itu.
 “tau nihh.. enak aja gue dibilang suka sama cicak kaya gini.” Keduanya melenggang pergi ke kelas maasing masing sambil terus mengeluarkan umpatan umpatan dari mulut masing-masing. *YaiyalahMulutMasingMasing. -_-
 ***
 Ify juga Sivia mengeryitkan dahinya melihat tingkah Agni yang masih saja kesal sejak masuk kedalam kelas tadi, mereka beranggapan kalau ini semua karena ia mendapat hukuman untuk membersihkan gudang, tapi nampaknya bukan itu yang menjadi permasalahannya.
 “Ag, lo kenapa sih dari tadi ngomel mulu? Sakit tau kuping gu__....”
 “ya nggak usah denger!” ucap Agni memotong ucapan Sivia, Via dan Ify hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat sikap Agni.
 “kitakan punya kuping, Ag! Lo mau kita tuli?” ucap Ify dengan nada polosnya membuat Agni semakin kesal hari itu.
 “Iya kali!” Ucapnya sedikit ketus. Ntah mengapa gadis itu menjadi sensi seperti itu, yang jelas Ify juga Sivia terlalu pusing untuk memikirkannya.
 “terserah lo aja deh neng..!!!”
 ***
 Disinilah Shilla sekarang, disebuah danau yang berada tak jauh dari sekolahnya, tempat yang mempunyai banyak kenangan indah, kenangan masa kecilnya yang tak pernah bisa ia lupakan. Ia memandang lurus kedepan, burung-burung yang berterbangan disekitar danau menambah indah panorama alam disana.
 “Ehemm... gue boleh ikutan duduk?” Shilla sedikit terkejut mendengar suara Septian yang tiba-tiba terdengar dibelakangnya, bukankah lelaki itu sedang bersama Ify tadi? Sudahlah, Shilla tak terlalu peduli, ia hanya sedang butuh teman curhat sekarang. Gadis itu lantas mengangguk mengiyakan, membiarkan lelaki itu duduk disampingnya. Hening sejenak, tak ada yang membuka suara baik Shilla maupun Septian, mereka hanya menatap lurus kedepan memandang danau yang berair tenang itu.
 “semua ini bukan karena Ify, tapi gue.” Shilla tiba-tiba angkat bicara, Septian memandang gadis itu dari samping tanpa niat untuk membalas ucapan gadis itu, membiarkannya melanjutkan sendiri kata-katanya. “ini bukan masalah gue suka sama Ro dan Ify juga suka. Itu semua bulshit, gue bahkan nggak pernah suka sama manusia es itu, gue bahkan udah punya pacar, namanya Iel. Ini semua gue lakuin demi Ify, gue sayang sama dia dan gue nggak mau dia sampe kenapa-napa” Shilla menyeka air matanya, ia benci situasi seperti ini, membuatnya terlihat begitu lemah dan tak berdaya. Tian merengkuh gadis itu, memberinya sedikit ketenangan. Melihat Shilla seperti itu ia yakin bahwa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi dengan gadis yang begitu disayanginya itu.
 “Shill, tenangin diri lo dulu. Baru lanjutin lagi” ucap Tian lembut. Gadis itu mengangguk, ia menyeka air matanya yang lagi-lagi menetes. Menarik nafas sebanyak-banyaknya, seakan akan oksigen yang ada tak cukup untuk dirinya.
 “gue nggak tau, apa cara gue buat ngelindungin Ify udah bener atau belum. Selama ini gue udah munafik, gue bilang kalau gue benci sama dia, padahal gue sayang banget sama dia. Saat gue jadi juara kelas atau olimpiade Cuma satu yang pengen gue dapat. Kata selamat juga pelukan dari Ify, tapi keadaan yang bikin semua itu nggak pernah bisa. Keadan ini membuat gue harus terus bersandiwara seakan akan gue dalah tokoh antagonis dalam drama, gue hanya bisa membiarkan mereka yang sebenarnya berperan sebagai sosok antagonis menjadikan dirinya seakan akan tokoh protagonis. Yan, janji sama gue!“ Shilla menatap mata Septian menandakan bahwa ia sedang serius. “apapun yang terjadi lo harus selalu ada disamping Ify. jangan biarin dia ngeluarin air matanya, lo harus selalu ngehibur dia. Jangan pernah biarin dia sediri. Gue nggak bisa ngelakuin itu, Ify mungkin udah terlanjur benci sama gue.” Shilla segera bangkit dari duduknya, belum selangkah Shilla berjalan suara Septian kembali mencegalnya untuk pergi.
 “gue emang nggak tau siapa tokoh yang lo sebutin itu, tapi setidaknya yang gue tau adalah bahwa semuanya belum terlambat buat diperbaiki! Hubungan kalian bisa pasti bisa kembali kaya dulu lagi” Shilla tersenyum tipis, diidalam hati ia mengaminkan kata-kata lelaki itu, tapi mungkinkah? Mungkinkan itu terjadi? Ia sungguh tak yakin.
 “sekarang gue tanya. Udah berapa lama lo kenal sama Ify? apa dia pernah nyimpan dendam sama orang? Lo inget Keke? Ify sampe kehilangan kesempatannya buat menang dikompetisi fotografi gara-gara Keke dengan sengaja ngejatuhin kamera Ify sampe dia nggak bisa ikutan. Tapi apa? Ify dengan sangat mudahnya maafin dia padal lo tau sendiri, betapa susahnya perjuangannya dia buat nyari ojek yang pas buat difoto, dan betapa Ify pingin banget ikutan lomba itu, dia pingin nunjukin keorang-orang bahwa dibalik semua kekurangannya dia punya kelebihan yang cukup untuk dibanggakan, dia juga pingin ngebuat ayahnya yang udah kerja keras ngidupin dia, juga bundanya yang udah ngorbanin nyawanya buat ngelahirin dia itu bangga. Tapi Keke ngancurin semuanya, Ify tetep bisa maafin dia dan senyum. Lo Cuma butuh buat usaha Shil!” Shilla tertegun mendengar ucapan Tian, semua itu benar adanya. Ify memang orang yang tak pernah menyimpan dendam pada siapapun dan Shilla tau itu.
 “tapi apa mungkin, Yan? Bisakah gue dapat maaf dari dia?”
 “lo bisa. Gue yakin itu!” Shilla dan Septian tersenyum lantas berjalan beriringan dan kembali kesekolah karena pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. ‘semangat Shill!’.



Bersambung!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar