Jumat, 09 Desember 2016

It's Not Dream Part10 * Cerbung Rify *

It's Not Dream Part10 *Oh My! Patton?!*



NB: Sorry Kalo Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret Banget....!!! Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap Ya! Hihi...
Lets Go To Story



Pagi ini Ify berjalan sendirian dikoridor sekolah, pukul lima lewat empat puluh tujuh menit, cukup pagi untuk ukuran sekolah yang masuk pukul setengah delapan seperti US. Baru beberapa orang yang datang, dan kebanyakan memilih mendengarkan musik ditaman atau membaca novel disamping kolam ikan.

Kelas gadis berdagu tirus itu masih sangat sangat sepi, hanya ada Lintar yang sedang tidur seperti biasa dan tas ransel berwarna marun yang IFy yakini sebagai tas milik Rio, namun Dimana lelaki itu? Ify memutuskan untuk keluar dari kelasnya, sekedar menghirup udara segar yang tersedia di sekitar sekolah ini.

"Rio?" Ify berusaha menyipit Kan matanya agar lebih jelas melihat sosok yang diyakininya sebagai Rio yang tengah berjalan beriringan dengan seorang gadis yang ntah siapa. Tapi, Ify pun tak yakin, karena yang ia lihat hanyalah punggung lelaki itu, dan rasanya terlalu sulit dipercaya jika seorang Rio yang terkenal Jenius lagi dingin kepada wanita itu berjalan bersama wanita.

"Udahlah, mungkin bukan dia." Ify menggedikkan bahunya, berusaha tak peduli dan kembali masuk kedalam kelas dan memilih untuk menjahili Lintar dengan bulu ayam yang ia dapat dari kemoceng kelasnya.

"Kabar gembira untuk kita semua, kini Rio Udah ada pacarnya. Rio hadir__" stop, IFy berhenti berlari dan segera menoleh kearah pintu, menatap Patton dengan pandangan yang sulit diartikan, bahkan ia sudah tak peduli saat Lintar telah dapat menggenggam pergelangan tangannya. Ia tak lagi mendengar apa yang Patton nyanyikan, yang ia Tau sekarang, Rio. punya. pacar.

"What?! Rio punya pacar?" Bukan, itu bukan suara IFy, itu adalah suara melengking milik Sivia yang seketika menyadarkan IFy dari lamunannya.

"Jadi, itu bener Rio?" Gumamnya pelan.

"Fy__"

"Aku Gak papa kok, Shill" senyum itu lagi! IFy melangkahkan kakinya keluar kelas. Semua mata yang ada di kelas itu menatap Patton bengis membuat lelaki humoris itu mengeryit bingung dan sepersekian detik kemudian tersadar akan perasaan dari teman sekelasnya, IFy. Patton lantas menggaruk kepalanya bingung sambil meminta maaf dan berjalan keluar kelas untuk meminta maaf pada IFy.

****

"Cinta itu sulit ya? Ada sakitnya, nyesek nyesek gimana gitu rasanya." Ify menoleh menatap Patton sekilas, ada yang berbeda dengan pelawak kelasnya itu, nada bicaranya terdengar sedikit setius dengan sedikit kekehan kecil didalamnya.

"Gue juga pernah ngerasain cinta kaya yang lo rasain ke Rio, bedanya Rio tau kalo lo duka sama dia, sementara gue? Nggak sama sekali."

" Gue sering jadiin dia bahan lawakan gue dikelas, berharap dia bakal lari ngejar gue kaya di film gilm India. But, it just my dream. Nyatanya itu gak pernah terjadi, dia terlalu ramah dan baik untuk melakukan hal hal kaya gitu." Patton berhenti sejenak, menoleh sekilas kearah Ify yang sedang menatapnya serius, lantas kembali menatap kedepan.

"Dia selalu ngeliat kedepan, kearah punggung orang yang terus jalan didepannya tanpa peduli sama gue yang jalan disampingnya, orang yang mungkin hanya sekilas terlihat. Mungkin salah gue gak berani maju seperti yang lain. Seperti seseorang yang awalnya punya posisi yang sama kaya gue, tapi dia lebih berani untuk maju sampai akhirnya terlihat." Patton terkekeh kecil dengan apa yang sedari tadi ia kayakan.

"Kenapa gue malah curhat coba?"

"Sampe lupa, gue kesini mau minta ma_"

"Kamu gay?"

"Hah?" Patton menatap Ify dengan pandangan super konyolnya. "Njay, ya nggak lah."

"Trus, yang kamu ceritain tadi bukannya Rio?" Patton kembali terkekeh, gadis disampingnya ini memang benar benar polos.

"Itu, Lo."

"Hah?" Oh ayolah jangan bercanda, Ify Shok! Bagaimana bisa seorang Patton Alindra menyukainya? Patton si pelawak kelasnya yang bisa dibilang cukup keren dengan segala macam jenis tingkah konyolnya itu menyukai Ify?!

"Selow kali, Fy. Gue lega lo udah tau"

"Kamu... Kamu....."

"Gue gak bohong, dan gak becanda." Potongnya. "Gue harap lo bisa jadi Ify yang biasanya walaupun lo udah tau perasaan gue."

"Huft... Iya, Ify janji! Tapi benerkan, Patton gak duka sama Rio?" Tawa Patton pecah, sekali Ify tetap saja Ify, polos dan apa adanya.

"Kalo akyu suka sama Rio, Kenapose? Ify taku kesaing ya sama akyu." Tawa Ify ikut pecah, itulah Patton, pelawak keren yang selalu bisa memancing tawa teman temannya. Hari menyakitkan sekaligus menyenangkan.

*****

Ify memasuki rumahnya dengan pangkah gontai, ia sungguh lelah hari ini. Bagus menatap anaknya dengan heran, tak biasanya ini terjadi, putrinya itu terus diam semenjak masuk kedalam mobil, bahkan semua candaan yang ia lontarkan sedari tadi sama sekali tak digubris oleh Ify. Bagus sangat yakin ada sesuatu yang terjadi pada putri tercintanya itu.

Dering telpon mengalihkan pandangan Bagus sekaligus fikirannya dari Ify. "Shilla?" gumamnya heran.

"Hallo om? Ify udah nyampe durumah kan? Ify gak ngelakuin hal hal aneh kan om? Ify gak mogok mak_"

"Shill, calm down! Pelan pelan aja nanyanya. Om pusing dengerin kamu ngomel." Ucap Bagus, terdengar suara kekehan Shilla disebrang telepon.

"Sorry Om"

"Ok, no problem. Sekarang cerita sama om."

Shilla mulai bercerita, apa saja yang telah terjadi hari ini dari awal Patton masuk hingga Kejafian dimana Rio tampak mesra dengan Vania sang murid baru yang di claim sebagai kekasih lelaki itu.

•••••

Ify masuk kedalam kelasnya bersama Patton dengan muka ceria, membuat raut wajah bingung tercipta diwajah wajah yang ada didalam kelas.

"Kenapa lo bedua sumringah gitu? Abis jadian ya? Wah dapet PJ donk gue?"

Pletak...
"Aw, sakit Oy"
"Ify tuh pacar gue, kira kira kali Shill kalo ngomong."

"Gue calon selingkuhannya Ify, Yan."

"Anjer lu, Ton. Gak sudi gue."

Ify tertawa melihat Septian yang belagak cemberut dan Shilla serta Patton yang tertawa terbahak bahak melihat wajah Tian yang ngambek.

Hening.
Rio tiba tiba masuk bersama bu Ira dan seorang perempuan yang diduga sebagai kekasih pria es itu.

"Ehem," satu deheman keras bu Ira menyaarkan semua yang tadinya menggoda Ify dan Patton untuk segera duduk dibangkunya masing masing tak terkecuali juga Ify dan Patton itu sendiri, juga Rio yang sedari tadi masi berdiri disamping gadis berambut coklat sepunggung disamping bu Ira.

"Hari ini kalian kedatangan murid baru lagi, kalian bisa berkenalan sendiri karena hari ini free day." Tak ada sorakan gembira, semuanya menatap murid baru itu sedikit aneh.

"Kok gue familiar ya ama stylenya?"

"Kaya sering liat"

"Mirip seseorang"

"Hy aku Vania. Vania Adity" para gadis saling pandang satu sama lain, kecuali Ify dan si kuper Lana, oh dan jangan lupakan Agni yang ntah mengapa menatap sinis pada si anak baru.

"Lo... Lo, yang model majalan D'fashion kan?!" Vania mengangguk kikuk melihat reaksi sok terkejut teman teman barunya, ia tau itu hanya bentuk apresiasi atas kehadirannya sebagai sosok baru dikelas ini.

Hening -lagi-
"Boleh gue tau gue duduk dimana?"

"Lo dud_"

"Boleh gue duduk sama Rio?" Vania memotong ucapan Sion sekalu ketua kelas, semuanya menatap gadis itu dengan jengah, 'murid baru sengak!' Pikir mereka.

"Lo, bisa pindahkan? Ashilla?" Semua orang yang ada disitu hanya bisa memperhatikan tingkah laku sang murid baru yang dengan sengaknya mengusir Shilla dari bangkunya disamping Rio, juga Rio yang hanya diam membiarkan gadis itu bertindak sesukanya.

"Rio pacar gue. So, jangan coba buat deketin dia!"

Rio Pacar Gue!
Kalimat itu melekat erat dikepala Ify, semuanya kaget, namun gadis berbehel di samping Sivia itu menegang, menggeser bangkunya lalu beranjak keluar, tak tahan disni.

UKS adalah pelarian yang dipilih oleh Ify, untungnya tempat itu sedang kosong, sepertinya petugas yang berjaa sedang keluar. Pintu bercat putih itu kembali terbuka, Ify sudah menebak, itu pasti Shilla atau Tian, tadi ia sempat melihat kedua orang itu beranjak dari bangkunya saat Ify berdiri dan berjalan cepat ke UKS.

"Ehem, bisa minta obat pusing gak?"

"Patton? Eh, itu... Ambil aja dikotak itu, eh"

"Nangis Aja!"

"Aku,_"

"Jangan sok kuat didepan gue, Fy." Kalimat Patton itu bak sihir yang membuat Ify Terdiam sejenak, sepersekian detik selanjutnya, tangis dan isakan gadis bermata hazel itu terdengar.

Ify memeluk erat tubuh maskulin lelaki yang tadi pagi mengungkapkan perasan kepadanya itu.

Clek, Prok Prok Prok...
Pintu baru saja terbuka kembali, memunculkan sosok yang menjadi penyebab tangisan Ify diiringi tepuk tangan dari Rio, lelaki dingin yang menatap Ify dengan datar namin tajam.

"Ngejar gue padahal punya cowo, dan sekarang pelukan sama cowo lain? Hehh..." Rio menatap Ify tajam dan dengan begitu dinginnya menghujat gadis itu.

"Lo, cewe yang berani beraninya ngejar cowo gue padahal lo punya pacar, dan sekarang lagi selingku! Gue peringatin sama lo! Stop gangguin cowo gue karena gue nggak suka!"

"Lo_"

"Biarin aja, Ton"

"Tap_"

"Patton!"

"Ck, gak usah sok drama disini, mulai detik ini jauhin Rio! Kalo perlu lo pondah sekolah aja sana, lagian gak pantes murid gak bisa mikir kaya lo masuk sekolah terkenal kaya gini. Cih... Parasit!"

Ify menangis sesunggukan setelah kedua orang iru melangkah pergi, semua yang dikatakan gadis itu benar, ia tak berilmu dan memang tak pantas bersekolah disini. Tapi, setidaknya ia masi punya sedikit sopan santun untuk tidak men Judge orang lain tanpa tau kebenarannya.

Setelah kepergian keduanya meninggalkan Ify yang menangis dipelukan Patton, tak lama Shilla dan Tian masuk membawa tas Ify, pelukan gadis berdagu tirus itu berpindah pada Shilla sang sahabat, menangis sepuasnya sampai ia merasa lega. Sahabat, ia bersyukur memilikinya.

••••

Shilla menceritakan semuanya melalui telepon kepada Bagus,, pria itu tersenyum haru seraya menutu teleponnya. Anaknya, putri kecilnya kini telah dewasa dan mulai mengenal cinta. Harapannya satu, ia hanya ingin putrinya bisa bahagia dengan cinta dan kehidupannya, sedikit sesal melingkupi Bagus, ia baru sadar bahwa waktunya cukup banyak tersita oleh pekerjaan yang membuatnya luput mengetahui perkembangan putri sematawayangnya itu.

Bersambung...


Minggu, 27 November 2016

Ayah *Puisi*

Ayah



Ayah, 
Jika suatu hari nanti
Suaramu tak lagi dapat ku dengar
Hangat pelukmu tak bisa ku rasa
Dan kasih sayangmu terasa hilang
Maafkan aku jika menangis

Ayah,
Saat nanti aku telah dewasa
Dan dirimu telah rentah
Doakanlah aku
Agar jangan ku lupa dengan jasamu
Agar senantiasa ku ingat dirimu

Ayah,
Jika suatu hari nanti kita terpisah
Terpisah oleh sekat tak kasat mata yang menohok
Kirimkan aku penggantimu
Atau marahi aku dengan caramu
Saat tangisku tak mau berhenti

Ayah,
Walau kini ku perlihatkan keangkuhanku
Ku abaikan kata katamu
Dan tak peduli akan sulitmu
Percayalah, aku sungguh menyayangimu

Ayah,
Jika nanti kita tak dapat lagi bertemu
Saat salah satu dari kita harus meninggalkan yang lainnya
Ingatlah satu hal,
Kan slalu ku dekap dirimu 
Dalam doa doa kecilku



~Aika Yuppy~

Senin, 24 Oktober 2016

Topeng Kristal *Puisi*

Topeng Kristal

Dihadapanmu Aku Menangis
Meringkuk Dalam Dinginnya Malam 
Disaksikan Bintang Dan Rembulan
Tersedu, Sungguh Sesak.

Seperti Kristal Yang Terjatuh
Begitu Berharga Namun Tak Mampu
Sungguh Sulit, Bahkan Tuk Sekedar Mencegah
Aku, Bayang Semu Tak Bermakna
Yang Menangis, Mengaduh.

Sudihkah Malam Tampung Kelamku
Akankah Pagi Saksikan Senyumku
Walau Mentari Semakin Terik
Bisakah Berubah Takdir Ini?

Aku, Setitik Noda Kemerahan 
Bayang Kelam Bertopeng Kristal
Tangisan Sendu Yang Terpendam
Akankah Memihak?
Maukah Menoleh?
Kau, Takdir Bahagia.


~Aika Yuppy~

Kamis, 20 Oktober 2016

Si Tua *Puisi*

Si Tua

Aku Terenyuh Melihatnya.
Menyaksikan tubuh rapuhnya yang bungkuk.
Dengan tungkai rawannya.
ia berjalan tertatih tatih.
Mendorong Gerobak Kehidupannya.

Tangan keriputnya terus mengais.
Mencari secerca harapan dalam pekatnya kehidupan.
Mengumpulkan cahaya dalam gelap.
Walau butiran kelelahan terus mengguyur.
Harusnya, ia sedang berbahagia dengan masa tuanya.

Kemanakah para pemimpin itu?
Orang – orang dengan sejuta janji manisnya.
Janji yang bahkan membuatku muak.
Tak kisahkah mereka pada si tua itu?
Yang harus berjuang demi masa tuanya.

Emosi dalam diri menyeruak.
Meletup letup siap meledak.
Siap menghancurkan mereka semua.
Sang pemberi harapan tak terealisasikan.
Para tikus berdasi yang tak berperasaan.



~Yuppy Blash~



Jangan Hanya Berlomba Untuk Dipilih Lalu Melupakan Setelahnya.

Rabu, 19 Oktober 2016

Mengapa?

Mengapa?


Kamu Tau? Sampai Saat Ini Aku Masih Tak Mengerti Dengan Apa Yang Sedang Terjadi.
Awalnya Kupikir Ini Hanyalah Sebuah Kebetulan Semata,
Kebetulan Yang Akhirnya Membawaku Mengarungi Kesakitan.

Kamu Tau Rasanya Kesakitan?
Kamu Tau Rsanya Diabaikan?
Mungkin Tidak!
Tapi, Aku Merasakannya!

Sampai Kini, Aku Masih Tak Mengerti Maksudmu,
Membawaku Kekehidupanmu,
Mengenalkanku Pada Kesakitan Yang Teramat Sangat.
Mungkin Aku Yang Bodoh Karena Percaya
Aku Juga Yang Salah Karena Mengizinkanmu.

Sekarang Bukan Lagi Saatnya Untuk Menyesal.
Bukan Juga Waktu Yang Tepat Untuk Menangis.
Kini, Aku Hanya Ingin Kau Mengerti.
Aku Telah Belajar Untuk Menerima,
Jadi, Jangan Berharap Ku Terperankap.




~Aika Yuppy~


Maafkan Semua Kegajean Yang Selalu Ku Buat :v

Minggu, 19 Juni 2016

Kisah Ramadhan *Cerpen Rify*

Kasah Ramadhan

Malam ini malam kesepuluh di bulan Ramadhan, bulan punuh bekah. Ah, Rasanya bene bener cepet waktu berlalu. Ramdhan, ntah kenapa gue ngerasa lebih antusias buat ibadah. You Know Why? Gue gak tau kenapa. 

Malam ini hujan turun dengan derasnya, bikin males banget buat gerak, but gue dengan tampang tanpa dosanya mantengin hujan sampe berubah jadi gerimis and akhirnya memutuskan untuk ke masjid buat solat Isa sekaligus solat teraweh. Ya daripada gue kaya jones gak tau diri yang lagi nungguin mantan tak dianggap sambil mantengin langit di teras, gue pikir ke masjid lebih berkah. 

Setelah sekian lama berjalan ditengah gerimis, dengan sejadah yang gue taro di kepala sebagai prisai untuk nahan gerimis, akhirnya gue sampe juga di masjid Al - Aziz, masjid komplek gue.

" Wih Neng Ify Rajin Banget Tahun Ini." Itu suara Rio, si cowo paling ngselin sekomplek ini. Dengan tanpang gak dosanya dia ngejekin gue, iya sih dulu gue paling males ama yang namanya teraweh, tapi gak ada salahnya kan kalo gue rajin. Hidup gue ini.

" Sarap! " gue gak niat lagi ngomong ama ni anak satu, setelah "memuji" dia, gue putuskan untuk segera masuk dalem masjid yang megah dan nyaman ini. 

Nyaman. Adem. Tenang. Suasana masjid seakan ngegoda gue buat segera berkeluh kesah ke pada yang maha kuasa. Sebenernya gue masih bingung sama apa yang terjadi sama gue, lebih rajin ibadah dan bahkan gue suka banget ke masjid atau sekedar belajar agama ke temen temen gue.

Gue edarin pandangan gue keselurih penjuru masjid di area perempuan, ish gak ada yang gue kenal, oleh karena itu, gue putuskan untuk ngambil tempat paling pojok. Mood gue yang tadinya rusak gara gara Rio sekarang balik lagi karena kenyaman yang gue dapetin di masjid ini.

"Ify Ya?"
" Agni!"

Ah Gue seneng ternyata ada juga temen gue yang dateng teraweh saat cuaca gak mendukung gini, yah walaupun cuma temen lama. Gue bahagia cuy, kenapa? Agni itu Qory, ngajinya beh bagus gila. Gue jadi pingin belajar ama dia, bukan apa apa, ngaji gue masih cetek banget. Ramadhan kali ini bakal gue manfaatin buat belajar ngaji ama dia, lumayankan sebelum dia balik ke pesantrennya.

Teraweh kali ini terasa cepet banget buat gue, secepet waktu berlalu siap ninggalin bulan ramadha. Ah, tuhan kenapa rasanya berat banget kalo gue nginget bulan ramadhan yang akan berlalu ninggalin gue? Gue takut, takut kalo ramadhan ini berlalu gue bakal balik lagi jadi si Ify yang biang onar jarang ibadah. Gue gak mau itu trjadi!

Selesai teraweh gue jalan bareng Agni, tadinya kita mau tadarusan tapi dia lagi gak bisa, ada acara dirumahnya. 

"Eh Neng Ify udah selesai? Gak tadarusan nih?" Ish, Rio lagi Rio lagi, males banget ngadepin dia. Sebenernya gue kagum sama Rio, suaranya kalo ngaji gak kalah bagus sih sama Agni, tapi gue kesel setengah mati kalo dia udah ngebahas pemahaman agama gue yang cetek banget, sama kaya kepolosan gue.

"Apa sih? Ngapain lo disini? Tadarusan sana! Biar otak lu agak baikan dikit gak gesrek. Lagian lu mondok gak ada bekas bekasnya tau gak. Liat nih Agni aja solehah banget, lha situ makin sengak aja." Satu tarikan nafas. Gue lagi kesel banget, gimana nggak? Tadi tuh sebelum si sableng Rio memunculkan sosoknya, gue lagi ngebahas soal belajar ngaji ama Agni. Sumpah, gue gak malu ngakuin gue ngajinya masi cetek, tapi gue gak suka aja tanpang songongnya Rio, mentang mentang ngajinya bagus. Ih.

" bilang aja lo mau dengerin gue ngaji, Fy. Suara gue kalo ngajikan merdu banget." 
" Kalo iya kenapa? Hah?"
What? Gue ngomong apa barusan? 

Kalo Iya Kenapa?

Kalo Iya?

Iya?

" udah Ah, jangan sombong gitu, yo. Dosa lo."
Huah Agni, you are my best. Gue ngejulurin lidah ke Rio lantas ngajakin Agni lanjutin jalan, gak peduli sama Rio yang ngedumel gara gara gue dibelain Agni. Hahaa.. Rasain.

Jam empat tepat, gue bangun dengan anggunnya siap untuk sahur. Semalem gue tidur dengan nyenyak karena abis dengerin suara Rio yang harus gue akui merdu banget. And kali ini gue bangun bukan karena alaram jam beker gue yang suaranya asli cempreng banget ngalah ngalahin suara mama kalo lagi ngomel, subhanallah merdu banget, bikin kuping pingin pecah.  Kali ini gue bangun karena suara teriakan sahur yang lebih merdu dari itu, kalian mau tau apa? Suara Rio and The Gank!

" Behel, Gigi Pager, Bangun sahur woy. Jangan ngebo mulu lo, gak sahur gue sukurin ntar." Yakkk.... Gak ada enak enaknya buat di dengar, mama papa gue cuma cengengesan ngedengerinnya. Ish, gak ada niat ngomelin gitu? Kesel.

" yakk... Pesek Diem! Gue udah bangun!"

Gue denger temen temen Rio pada ketewa, and gue sama sekali gak ngerasa bersalah. Toh dia duluan yang mancing.

Hari ini misi belajar ngaji gue jalan, gue kerumah Agni dengan entengnya, gak peduli sekarang lagi terik banget, sampainya disana gue langsung ngucapin salam dan masuk. Sekitar dua jam Agni dengan Sabarnya ngajarin gue, dan gue memerhatikan dengan serius setiap apa yang Agni bilang ke gue. Ok, gue bener bener mau belajar serius.

Begitulah hari hari gue selama sebulan penuh di bulan ramadhan penuh berkah ini, bahkan waktu sekolah yang di haruskan untuk masuk selama dua minggu gue gunain buat masuk Organisasi Rohis alias Rohani Islam, awalnya gue sempet ragu sih, takut aja disinisin sama anak Rohis yang rata rata pengetahuan tentang agamanya wih patut diacungi jempol, jauh banget sama gue yang apalah apalah ini. Tapi gue bersyukur, mereka gak kaya yang gue pikirin, mereka semua nyambut gue dengan senyum ramah banget bikin gue betah sama organisasi ini, mereka bilang mereka sama kaya gue, masi belajar. 

Pengetahuan gue tentang islam semakin nambah, gue juga udah fasih dalam hal ngaji, berkat ajaran Agni tentunya. Gue seneng banget. Dan seminggu sebelum lebaran alias hari kemenangan tiba, gue memutuskan untuk berhijab, gue rasa ada dorongan kuat yang ngebuat gue pingin berhijab and orang tua gue ngedukung banget segalamacam perubahan gue menuju kebaikan.

Ada banyak cobaan yang gue dapet selama proses belajar gue menuju kebaikan. Mulai dari Sivia sahabat gue yang ngajakin gue shoping kalo mau belajar ngaji, sampe gue akhirnya memutuskan untuk ngejauhin Gabriel gebetan gue gara gara dia bilang gue gak cocok pake jilbab. Bukan gue kesel dia bilang gue gak cocok pake hijab, tapi gue rasa dia bukan yang terbaik buat jadi imam gue, Cieilahh....

Gue udah iklasin semua rintangan yang datang silih berganti udah kaya oksigen yang gue hirup melulu, kelar satu datang lagi yang laen. Hadeh, whatever lah yah ama masalah itu...

Hari kemenangan tiba, gue masi gak nyangka. Sebulan bulan ramadhan membawa pengaruh besar ke gue, awalnya gue masi takut, takut ninggalin bulan penuh berkah ini. Takut gue bakal balik jadi tukang onar kaya dulu. Tapi, ntah keyakinan dari mana, gue nguatin diri kalo gue bisa jalan di jalan Tuhan. Gue percaya, selalu ada jalan kalo kita mau mencoba.

Abis solat Ied dimasjid komplek, gue kembali dipertemukan sama Rio, aneh! Ini aneh, aura yang biasanya panas bikin emosi rasanya berubah jadi adem kali ini, gue dengan mukenah putih tulang yang masi melekat di badan gue dan Rio dengan baju kokohnya, gue liat dia senyum ke gue, dan tanpa ada paksaan gue dengan sendirinya senyum balik ke dia. Mungkin ini saatnya kita berdamai.

" Mau jadi sahabata gue?"
" siapa takut."
" Ok. Sahabat! "

Dan itulah kisah gue. Kisah gue di bulan ramadhan yang penuh berkah. Semua perubahan yang terjadi dalam diri gue bahkan gak pernah gue bayangin mungkin ini yang namanya hidayah yang dikasih tuhan ke gue biar gue berubah menjadi lebih baik, dan gue bersyukur untuk hidayah itu. Gue sangat bersyukur karena dipilih tuhan untuk jadi orang beruntung yang dapat panggilan buat menjadi yang lebih baik. Gak semua orang seberuntung gue. And God, It's Me.

~Selesai~

Ai Chan.

Ada Kah Yang Kangen gue? Tunggu yak IND Part 10 segera meluncur Muachh...

Rabu, 04 Mei 2016

Kami Tidak Takut *PUISI*

Kami Tidak Takut




Wahai kau para pahlawan dalam kegelapan
Kalian Orang – orang yang tak berperi
Di matamu, mungkin kami tak seberapa
Hanya semut kecil yang akan mati saat diinjak
Salah! kami tak seperti itu.


Kami terlalu terbiasa dengan gertakan senjata
Sahutan antar senjata tak lantas menakuti kami
Kami adalah Merah Putih, kami adalah Indonesia
Kami punya pemuda berjiwa baja
Keberanian kami takkan surut oleh ledakanmu


Tak malukah kau pada negri ini?
Tak sesalkah kau akan kegagalan berujung nyawa?
Dimana hati mu? Dimana rasamu? Adakah?
Jangan mengelak, kau telah terklahkan
Kalah telak oleh semangat asa dalam jiwa negri merah putih


Nyali kami takkan pernah ciut
Hanya dengan kepulan asap pengorbananmu
Kami terlalu kuat untuk kau hancurkan
Kami terlalu tinggi untuk kau gapai dengan harapmu
Karena kami, tidak pernah takut.




Hy... Hy... Kali Ini Gue Dateng Bukan Bawa Cerbung Or Cerpen, Gue Bawa Puisi :D
Cerbungnya Ditunda Dulu Yak, Gue Banyak Urusan... Maaf Banget Yak..
Pasti Gue Lanjut Kok, Tapi Baru Beberapa Halaman Yang Sempet Gue Ketik :D  

Yang Mau Copas Silahkan, Tapi Jan Lupa Sertain Sumbernya Ya...!
 Makasih... 

Sabtu, 13 Februari 2016

It’s Not Dream Part9 * Cerbung Rify *




It’s Not Dream Part9 *Kesel! *
 

    
 NB: Sorry Kalo Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret Banget....!!! Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap Ya! Hihi...
Lets Go To Story


FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya


 Happy Reading Guys!


“apa emang gue segitu nggak berartinya bagi mereka semua? Hehh. Bahkan orang rumah gak satupun yang inget sama ultah gue? Trus apa artinya semua yang gue lakuin sama mereka semua selama i__”

BRUGG..


“Adaww.. Ishh.. Eh Cakka HBD Cak.” Tiba-tiba tepat saat jam tangan diatas nakas Cakka menunjukkan pukul 23.56 seabrek(?) orang masuk atau lebih tepanya terjatuh didepan pintu kamar Cakka yang memang tak dikunci. “Ish.. Sakit tau, yan.” Shilla yang tadi berada dibaris depan sedikit berbisik pada sahabatnya itu. Naluri keponya muncul seketika ketika tadi saat hendak masuk dan mengucapkan HBD Kepada Cakka mereka terhenti saat mendengar sang empunya kamar sedang galau. Cakka menatap Shilla dengan kening berkerut Gimana Bisa? Bagaimana bisa Shilla berada disini? Berdiri paling depan pula? Impossible.

“Ngapain lo disini, Shill?” Shilla menunduk, teman teman kelas Cakka yang memang ikut merencanakan kejutan ini untuk Cakka juga ikut menatap gadis itu seakan ia adalah seorang penyusup.

***
 
“jadi? Siapa yang ngerencanain ini semua? Tau gak sih? Gue itu udah galau pake BGT. Masa dihari paling bersejarah didunia, diamana orang paling ganteg dijagat raya ini terlahir keduania, gak ada satupun yang ngucapin HBD. Apalagi My Lovely Ify juga gak ngucapin. Kesel dehh..” Cakka menatap semua yang ada disana dengan tatapan kesalnya, ia sudah tak lagi mempermasalahkan Shilla, Cakka telah mendengar semua penjelasannya dari Shilla, Ify, dan Tristan. Cakka menatap lelaki itu dengan tatapan sengit, ngapain dia disini? Padahal ia berhrap bisa merayakan haru ultahnya hanya berdua dengan Ify, tapi ini? Udah pengganggunya banyak, ditambah lagi dengan Tristan yang terus mepet dengan Ify. Ah, ia semakin kesal.

“Ify noh Cak, dia ngelarang kita semua bilang HBD, padahl nih ya, gue udah mau ngucapin HBD tuh pas jam 00.00 kemaren. Makanya sebenernya lo harus neraktir gue kemaren, emm.. tapi bisa kok diganti besok.” Ucap Via lantas mendapat toyoran dari Agni yang duduk tepat disampingnya.

“Dasar lu otak makanan. Bilang aja mau ditraktir sama Cakka! Orang gue telpon lo jam 10 aja kemaren lo udah ngebo, Hadeh... Via.. Viaa... Tadi aja kalo gak gue bangunin lo udah ngebo disofa.” Via menatap Agni tajam, perempuan ini menggagalkan rencananya makan gratis besok, ia lantas kembali menatap Cakka sambil menggaruk belakang kepalanya dan menampilkan cengiran khasnya.

 “ya tapikan gue udah ada niat buat ucapin HBD ke lo jam 00.00 kemaren. Cuma ya gitu deh, lo tau gue kan? Hehee.. ketiduran” Cakka menghela nafas mengerti, temannya yang satu itu memang rajanya tidur, jadi tak usah berharap ia akan bisa bangun atau begadang sampai tepat jam 00.00.

 “Huhhh..  yaudah deh. Sebagai hadiah karena kalian udah rela dateng kerumah gue malem – malem gini, besok gue bakal traktir kalian semua dikantin, kecuali, Lo! Oke?” Ucap Cakka sambil menunjuk Tristan.

 “Emang siapa juga yang minta ditraktir sama lo? Gue juga gak butuh kali traktiran lo. Malahan besok gue malah niat neraktir kalian semua besok. Ya termasuk lo lha.” Ucap Tristan yang duduk disamping Ify sambil bersedekap.

 “Oh iya, besokkan anniv lo sama Ify, yan? Wah nggak kerasa udah enam tahun aja lo bedua, selamet ya.” Ucap Shilla spontan, seakan mellupakan kalau sekarang ini ia sedang berada dirumah Cakka dan sedang banyak orang disini. Ify merutuki perkataan sahabatnya itu barusan, ia bahkan tak berani melihat raut wajah Cakka sekarang.

 “Halah, baru juga enam tahun, bentar lagi juga lo diputusin ama My Lovely Ify, diakan cintanya sama gue bukan lo.”Ucap Cakka sedikit emosi, adu mulut antara Tristan dan Cakka pun terus terjadi, sampai akhirnya semua orang yang ada disana memutuskan untuk menginap dirumah Cakka dan mengehentikan pertengkaran kedua lelaki itu.

 ***
 
 seperti janjinya semalam, Septian telah membuking salah satu cafe yang dekat dengn sekolahnya untuk meraykan hari jadiannya dengan Ify yang ke-6 tahun, seluruh teman sekelasnya ia undang termasuk Rio. Ify mati – matian berusaha menghindar dari Rio, sungguh tak disangka lelaki itu mau datang ke acara seperti ini, sungguh kejadian langka.

 “Emm.. Yan, akuu.. ketoilet bentar ya?” Septian hanya mengagguk mengiyakan, sementara Septian yang sibuk kembali berbaur dengan teman teman yang lain, Ify memutuskan untuk bersembunyi di Toilet, ntahah ia sungguh tak ingin bertemu dengan lelaki itu ditempat ini.

 “Semoga pas aku keluat toilet, Rio udah pulang.” Ify memejamkan matanya dan membukanya kembali, hendak melangkah menuju toilet, namun betapa terkejutnya gadis itu ketika orang yang sangat diindarinya malam ini tengah berada didepannya. Oh tuhan...

 “Kenapa? Ngusir gue, lo?” ucap Rio yang tadi mendengar gumaman Ify. Gadis itu masih menampakkan ekspresi cengonya.

“hah? Eh, ”

“hah, he, ha, eh, udah minggir! Gue mau lewat.” Ucap Rio sedikit ketus lantas berlalu dari hadapan Ify yang masih mematung ditempatnya.

***
 
Ify sedikit membanting tubuhnya dikasur, sungguh hari yang melelahkan. Entahlah, ia tak tau bagaimana ia bisa belajar bersama Rio besok setelah kejadian tadi. Oh ayolah, Ify berharap Rio bisa sedikit pikun dan melupakan kejadian tadi. Ingin rasanya Ify tidak melaksanakan perintah dari Bu Winda untuk berlajar bersama Rio besok, bukan. Bukan karena ia telah berhenti menyukai Rio, melainkan ia masih sedikit merasa bersalah kepada Rio atas kejadian di Cafe tadi. Huhh.. padahal ia sama sekali tak mengusir Rio, ia hanya berharap Rio segera pergi dari acara itu. Juts it.

“Bunda, hari ini Rio kayanya marah deh sama Ify. Soalnya, tadi Tian ngadain perayaan hari jadian kita, terus masa Rio dateng sih, ma? Kan aneh. Trus parahnya lagi, pas Ify lagi do’a supaya Rio cepetan pulang, eh malah ada Rio didepan Ify. Dia ngira Ify ngusir dia.” Ify mulai melakukan kebiasaanya curhat kepada foto bundanya, ia memeluk erat foto wanita yang telah melahirkannya itu sambil terus bercerita dan menerawang kejadian di Cafe tadi.

“Huaahhh.... Ify Pusing. Bunda, besok Ify harus gimana didepan Rio? Apa Ify kaya jadi kaya biasa aja? Atau ngehindarin Rio? Tapikan kalo Ify jauhiin Rio, Ify gak bisa, Bun? Trus gimana donk?” Ify terus saja berceloteh ria sambil memeluk foto bundanya. Sampai akahirnya, ia tertidur setelah puas mencurahkan isi hatinya.

***
 
“ ngapai lo ngikutin gue?” Ify menunduk, tak berani menatap mata elang lelaki yng kini berada dihadapannya. Rio, ada yang berbeda dari lelaki itu hari ini, sepertinya ia masih kesal dengan Ify sampai sampai melupakan alasan mengapa gadis itu masih membuntutinya sampai keparkiran, Ify mendengus, tapi tetap menunduk.

“Ify kan punya jadwal belajar bareng kamu, Yo.” Ucap Ify polos, seakan tanpa beban. Rio menghela nafas lantas bersedekap menatap gadis yang terus menunduk itu.

“Yaudah” Rio berbalik lantas menaiki motornya, tepat saat akan mengenakan helm, ia menengok kebelakang.

“Ngapain lo naik?” Huftt... hampir saja Ify terjatuh, ia hendak menaiki motor Rio saat itu.

“Kan mau kerumah kamu,Yo.”

“Minta anter aja ama PACAR lo itu.” Ucap Rio sambil sedikit menekan kata pacar lantas segera pergi meninggalkan Ify yang hanya menatap pasrah kepergianya.

***
 
“bebep gue mana, Vi?”

“kencan ama Rio.” Cakka menatap Agni tajam, lantas kembali menatap Via.

“Vi, beneran If_ “

“yaiyalah, masa gue bo’ong.”

“ Kok lo mulu sih yang jawab? Gue kan nanyanya ama Via bukan Ama lo Agnoy.” Cakka mulai kesal dengan Agni yang sedari tadi terus menjawab pertanyaan yang ia peruntuhkan untuk Via.

“Masalah gitu? Toh yang gue bilang juga bener. Kenapa? Cemburu lo? Uhh... kacian. Dasar Cicak! Wlee... “

“Dasar Cewe Setengah Mateng! Ah, Kesel Gue Lama Lama” Cakka berbalik dan dan lantas meninggalkan kedua perempuan yang mengaku sebagai sahabat Ify itu dengan wajah yang memerah menahan kekesalannya.

***
 
Ify benar benar mengikuti perintah Rio. Ia datang kerumah pemuda itu bersama Septian, bahkan lelakii yang mengaku sebagai pacarnya itu meminta untuk ikut belajar bersama. Yah tentu saja Rio menolak, tapi dengan seribu alasan yang dikeluarkan Tian, maka disinilah mereka sekarang, berjalan menyusuri lorong rumah Rio untuk menuju taman belakang..

“ngapain lo duduk deket gue? Sanah, duduk dideket pacar lo! Ntar dia cemburu!” Ify beringsut mundur, menjauh dari Rio dan segera duduk didekat Tian yang hanya menampilkan senyumannya, sementara Zeth yang melihatnya hanya dapat menggelengkan kepalanya.

Selepas belajar bersama yang sungguh menjengkelkan hari itu, Rio memutuskan untuk segera melepas penat dengan cara paling mujajarab yaitu tidur. Ia telah memejamkan matanya, tapi tetap saja otaknya masih memikirkan kejadian saat belajar tadi, saat Tian tidak sengaja memegang tangan Ify saat hendak mengambil snack.

“ah pusing gue, ngapain sih gue mikirin yang kek gituan. Ingat Rio, lo harus fokus ama ujuan lo. Oke” setelah lelah terus menggerutu, Rio memutuskan untuk membasuh wajahnya lalu segera teridur pulas diatas kasur empuknya.

****

Hari ini, US dikejukan dengan kedaangan Cakka dan Shilla yang nah bagaimana caranya bisa daang bersama sama. Ah, dua hari beruru uru Shilla membua heboh seluruh penjuru sekolah, ak erkecuali Ify, Via, Juga Agni yang nah kenapa  erliha paling kesal danara yag lain.

“Dia jadian ama Cakka?” anya Via polos kepada Agni juga Ify, Ify menggeleng ah ahu, semenara Agni menggeran nah kenapa, mungkin emosi.

“apa Si Cakka udah move on dari lo kali ya, Fy?” any Via lagi, dan ekspresi kedua orang yang dianya masih saja sama, iba iba kedua orang yang sedang menadi objek pembicaraan mereka daang menghampiri dengan cengirang yang nahlah, terliha memuakkan dimata seorang Agni.

“Pagi My Lovely, Pagi Via, Pagi juga, lo” ucap Cakka kepada tiga cewe didepannya, Agni hanya melongos dipanggil seperti itu.

“Lo ngapain daeng bareng ini cewe? Udah jadian lo bedua? Rus slama ini apa maksud lo ngejar ngejar sobad gue si Ify? Hah? Tiba tiba datang bedua sama dia, tapi masi aja nyapa Ify pake sebutan My Lovely segala, gak tau malu bange lo jadi cowo. Dasar playboy.” Agni kesal, sungguh. Nah apa yang membuanya ingin sekali menumpahkan kemarahannya kepada sosok lelaki didepannya ini. Cakka cengo mendengar ocehan gadis itu, sementara Shilla terkikik geli.

“Gue sama Cakka gak ada hubungan kok, Ag. Tenang aja, tadi kebetulan mobil gue mogok, trus ketemu Cakka dijalan, yaudah gue numpang sampe sekolah.”

“Yaa... ya,.. tetep aja kan anak anak pasti mikirnya lain lhaa.. ish..” Agni pergi setelah mengucapkan itu, ah eungguh ia malu sekali sekaligus lega. Hah? Lega ‘astaga, apa yang gue pikir coba?’ Agni melongos dengan pikirannya sendiri sambil terus berjalan. Semenara itu, keempat orang tadi hanya memerhatikan kepergian gadis itu sambil mengeyit aneh, mungkin hanya Ify yang tersenyum.

***

“Eh, Fy. Temen lo aneh deh, daritadi sensi mulu, abis itu senyum sendiri, eh bentaran sensi lagi. Maunya apa sih? Ish, bikin kesel gue aja.” Via terus saja mengoceh, tanpa peduli pada Agni yang ia sebut sebut sebagai teman Ify tadi sedang menatapnya garang.

“Ih, Agnikan temennya Via jugak. Iyakan, Ag?”

“Eh, Agni Sayong. Sejak kapan lo sadar dari alam gila lo? Adaww.. Saki bego.” Via meringis karena kepalanya dioyor Agni, sementara Shilla dan Ify hanya terkikik geli dengan tingkah keduanya.

“apaan lo bilang gue gila?” ucap Agni ketus.

“hehee.. Piss Ag.”

“Kalian lucu ya?”

“Hah?” Agni dan Via hanya saling menatap heran satu sama lain ‘lucu? Shilla mulai setres kali ya?’ pikir keduanya.

“iya, kalian lucu banget tau gak. Kaya om and jarry, kalo ketemu berantem, tapi kalo udah kompak bikin iri yang lain.”


Bersambung....
Maafkan Gue Atas Segala Kengaretan And Thypo Yang Gue Sebabkan. :v
Saran Sarannya Gue Tunggu... :*

Follow My Twitter Yak @Yullia_Rise