Selasa, 01 Desember 2015

It’s Not Dream Part8 * Cerbung Rify *

It’s Not Dream Part8 *Bersatu!*


FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya


 Happy Reading Guys!

 NB: Sorry Kalo Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret Banget....!!! Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap Ya! Hihi...
Lets Go To Story

Cakka menggerang frustasi, tak ada seorangpun teman temannya yang mengingat hari ulang tahunnya, sedari tadi disekolah ia terus bersama Ify berharap gadis berdagu tirus itu mengingat hari ultahnya, namun bahkan sampai sekarang sudah pelajaran terakhir, dan bel pulang sebentar lagi akan berbunyipun tak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.

“Ishh.. kenapa mereka bisa lupa sih sama ultah gue yang kece ini? Ntar aja kalo yang ultah si Rio yang sok kegantengan itu satu seklah pada inget!” grutu Cakka, ia sama sekali tak memperhatikan Bu Ira yang sedang menerangkan didepan, ia sungguh sangat kesal.

“apa sih kelebihannya si Rio Rio itu? Cakep? Cakepan gue lahh.. kaya? Gue nggak tau dia kaya atau nggak... hemm.. Pinter? Pinteran dia sih, tapi tetep aja gantengan gue” Ucap Cakka narsis, membuat Patton yang berada disampingnya terbangun dari tidur cantiknya *eh tidur gantengnya.

“Cak, jangan berisik napa? Gue mau tidur niiihhh.. ganggu aja lu.” Cakka menatap kesal kearah Patton, orang lagi kesel juga dia malah asik asikan tidur. Hampir saja sebuah toyoran dihadiahkan Cakka ke kepala lelaki itu, namun mengingat Patton adalah orang pertama sekaligus satu satunya orang yang telah mengucpkan selamat ulang tahun padanya, ia lantas mengurungkan niat tersbut dan memilih kembali melanjutkan acara mengomelnya tanpa sadar bahwa sepasang mata tengah menatapnya didepan sana.

“CAKKA NURAGA!” Suara bu Ira terdengar begitu melengking mmbuat Cakka lantas kaget dan menoleh, melihat Bu Ira yang sepertinya sangat jengkel, Cakka hanya mampu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil memberi plototan bagi teman temannya yang menahan tawa menatapnya. “Apa yang kamu lakukan dari tadi? Apa kamu sudah tidak menghrmati saya selaku wakil kepala sekolah sekaligus guru sejarah disini?” semua mata menatap kesal karah Cakka, mereka semua sudah sangat hafal, jika bu Ira telah mengeluarkan kata kata semacam itu, maka tak akan ada satu orangpun yang akan bisa pulang secepatnya nanti. Bu Ira pasti akan terus berrkoar memberikan eramah yang bahkan hampir telah ihafal oleh murid murid US.


***

Ify berjalan santa sambil bersendau gurau bersama Via dan Agni, namun langkahnya terhenti ketika tiba tiba Shilla Dan Tian dudah berada didepan mereka. Shilla sedikit menunduk membuat Ify menatap Tian dengan tatapan bertanya. Tian berdehem sebentar sebelum akhirnya menyeret Agni dan Via pergi meninggalkan Ify juga Shilla berdua.
Terjadi sedikit kecanggungan diantara mereka, seebelum akhirnya Shilla memutuskan untuk membuka suara lebih dahulu.

“ Gue mau minta maaf.” Ucap Shilla lirih. Ify menatap sahabat lamanya itu yang masih terus menunduk. Setetes cairan bening meluncur bebas dari mata keduanya tanpa ada yang menahan. Ify tak berniat untuk membalas ucapan sahabat kecilnya itu, detengah panasnya terik matahari ia hanya menunggu Shilla untuk kembali melanjutkan ucapannya.

“Maaf, maaf atas semua yang udah gue lakuin. Maaf karena gue udah ngerusak persahabatan kita. Maaf karena gue udah ngehancurin semuanya. Maaff..” Shilla tak lagi dapat menahan isakannya, ia tak lagi sanggup melanjutkan kata katanya. Ify sama sekali tak menyahut, kakinya membawanya untuk melangkah dan segera pergi, namun saat ia berbalik dan hendak berlai, seebuah tangan tiba tiba merengkuh lehernya dari belakang. Itu. Ify.

***


“Lo Ngapain Sih Geret Kita Bedua Kekantin?” Agni menatap kesal kearah laki laki yang mengaku sebagai “Pacar” Ify ini. Tian hanya mengerlingkan matanya malas, sejak awal ia memang sedikit tak terlalu suka dengan Via juga Agni. Ia menangkap ada yang tidak beres dengan mereka berdua, ntah apa itu.

“Gimana kalo Ify diapa apain sama Shilla? Gimana kalo dia di celakk...”

“Beri mereka waktu sebentar!” ucapnya tegas dan singkat memotong ucapan Via. Melihat raut wajah Septian yang seperti itu membuat Sivia dan Agni mengurungkan niatnya untuk protes kembali.

“mana Ify?” tiba tiba sebuah suara datang dari arah pintu belakang Septian, ia menengok dan kembali memutar matanya malas. Rio. Tian heran dengan laki laki itu, sedari tadi hanya diam didalam kelas, dan sekarang tanpa sebab malah menanyakan sosok Ify.

“Lo ngapain nyari dia? Mau nguber dia kaya Cakka?” Ucap Tian membuat Via dan Agni melotot kearah laki laki itu. Rio hanya menatapnya datar sambil tetap menunggu jawaban dari salah satu dari mereka, hari ini gadis mungil itu ada jadwal beajar bersama dengannya.

“Dia Lagi_”

“Dia pulang duluan, papanya sakit dan gak bisa ditinggal. Kenapa?” tanpa peduli akan pertanyaan Tian, Rio segera pergi dan berniat untuk langsung pulang kerumah. Hari ini ntah mengapa ia merasa sedikit lemas dan bad mood. Ia segera melangkahkan kakinya menuju motornya yang berada diparkiran dan segera melesat pergi.

***

“ Jangan pergi lagi. Aku kangen kamu.” Shilla berbalik memeluk Ify, mereka berpelukan tanpa peduli dengan tatapan orang orang yang tampak melihat mereka dengan tatapan aneh, bahkan sebagian ada yang berfikir mau tumpengan demi merayakan perdamaian dua kubuh itu tanpa tau bahwa yang mereka sebut sebagai “Mantan Musuh” sekarang sebenarnya adalah mantan sahabat.

“Gue jahat Fy. Gue jahat banget. Gue selalu nyakitin lo, nyiksa lo, maki maki lo, gue lakuin semua itu demi gejagain lo. Gue tau itu salah tapi gue mlah melanjutkannya. Gue .. guee...” Shilla erus menangis, ia rindu saat saat seperti ini, ia rindu akan pelukan seorang sahabat, pelukan hangat yang selalu ia rindukan. Ia rindu pada sosok sahabat seperti Ify, sahabat yang eelalu mengertinya, selalu memberi saran saran yang bijak. Dan mampu menjadi sumber tawa dan senyumnya dikala ia terpuruk sekalipun. “Maafin gue, Fy. Gue emang bukan sahabat yang baik buat lo, gue bahkan gak ada disaat lo lagi sedih. Maafin gue, sekali lagi maaf.” Ify menggeleng kuat kuat. Shilla tak pernah salah dimatanya, ia sudah memaafkan semua kesalahan gadis itu karena ia selalu mengingat pesan sang ayah dulu. “Kadang dalam beberapa hal kita harus memberikan kesempatan kedua, Ify gak boleh dendam sama orang. Beri mereka kesempatan untuk merubah diri menjadi lebih baik. Jangan pernah lelah untuk memaafkan ya, Fy!” mungkin seperti itulah kira kira pesan ayahnya dulu.

“Ify udah maafin Shilla. Ify sayang Shilla, aku gak mau kehilangan kamu lagi. Jangan nangis, soalnya kalo kamu nangis Ify jadi nangis juga.” Isakan Shilla makin keras setelah mendengar ucapan sahabatnya itu, oh tuhann,,,.. mengapa kau ciptakan makluk ssepolos Ify? Ia bahkan tak memiliki rasa dendam.

“Jadi kita sahabatan lagi?” Shilla mengangguki pertanyaan Ify. Hatinya begitu senang bagai ada begitu banyak kupu kupu yang menggelitikinyasehinnga membuatnya takmampu berhenti tersenyum. Inilah yang ia inginkan sejak dulu, hidupnya suram tanpa Ify, tapi kini. Tiga Sekawan telah Kembali. Ify Shilla Tian. Sahabat yang tak terpisahkan.

Tamat



Enggak Ding Boong :D
***
Cakka masih melihat jam tangan Merah yang bisa menyala dalam kegelapan yang tergulai lemas di atas nakas kamarnya. Jarum pendek sudah menunjukka jam 11 Malam, namun tak ada satu SMS Atau Telpon masuk pun yang mengatakan Ucapan Selamat Ulang Tahun. Ia berdecak kesal, satu menit lagi bahkan kurang dari itu hari dan tanggal akan segera berganti. Rasa kecewa, sedih, tak dianggap, dan rasa nyesek lainnya melnda lelaki itu.
“apa emang gue segitu nggak berartinya bagi mereka semua? Hehh. Bahkan orang rumah gak satupun yang inget sama ultah gue? Trus apa artinya semua yang gue lakuin sama mereka semua selama i__”
BRUGG..

“Adaww.. Ishh.. Eh Cakka HBD Cak.” Tiba-tiba tepat saat jam tangan diatas nakas Cakka menunjukkan pukul 23.56 seabrek(?) orang masuk atau lebih tepanya terjatuh didepan pintu kamar Cakka yang memang tak dikunci. “Ish.. Sakit tau, yan.” Shilla yang tadi berada dibaris depan sedikit berbisik pada sahabatnya itu. Naluri keponya muncul seketika ketika tadi saat hendak masuk dan mengucapkan HBD Kepada Cakka mereka terhenti saat mendengar sang empunya kamar sedang galau. Cakka menatap Shilla dengan kening berkerut Gimana Bisa? Bagaimana bisa Shilla berada disini? Berdiri paling depan pula? Impossible.

“Ngapain lo disini, Shill?” Shilla menunduk, teman teman kelas Cakka yang memang ikut merencanakan kejutan ini untuk Cakka juga ikut menatap gadis itu seakan ia adalah seorang penyusup.

***


Bersambung Dulu Ahh.. Wkwkwkk..

Hyy... Hyy.. Ketemu Lagi Ama Gue Author Kece Bin Gaje Yang Hobby Ngaret. Maklum Ajalah Guekan Sibuk Gitooo... :v Mangap *Eh Maaf Yak Ngaret Banget Gue :v
Part Ini Pendek? Emang, Sengaja Soalnya Gue Mau Buat Sesuatu Yang........ Ngg,.. Biasa Aja Ssih Di Part Selanjutnya. Kalo Ada Yang Bisa Nebak Part Selanjutnya Ada Apaan Gue Kasi Hadiah Dehh.. :v  #GajeBanget



Follow My New Twitter : @Yullia_Rise #Follback?JustMentionGays :D #NumpangPromot

Kamis, 24 September 2015

It’s Not Dream Part7 *Cerbung Rify*

It’s Not Dream Part7 *Bisakah?*

 FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya

 Happy Reading Guys!

    
 NB: Sorry Kalo Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret Banget....!!! Maap Yaaa... Buat Yang Udah Ngedemoin Gueee...!!! :D Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap Ya! Hihi...



 “Vi... Ag,,... itu siapa?” tanya Cakka lagi saat melihat Agni dan Via yang sedang Menyusul rombongan tadi, kedua gadis itu terus saja berjalan tanpa mengubris pertanyaan dari Cakka, membuat pemuda itu kesal. Tak lama kemudian Rio keluar seperti biasa, dengan wajah datarnya dan gaya coolnya. Awalnya Cakka sempat tak yakin bertanya pada makluk cuek satu ini, tapi dengan segenap keyakinannya, ia kembali mempertanyakan hal yang sama dengan yang ia tanyakan kepada dua sobat Ify tadi. Sama saja dengan sebelumnya, tak ada jawaban.
 “Makan hati gue! sakitnya tuh disiniii...!” ucap Cakka lebay lalu segera berlari menyusul Agni dan Via yang telah lebih dulu menyusul Ify.
***
 Hening. Itulah keaadaan dimeja tempat Ify, Shilla, dan Tian berada sekaraang. Tak ada yang membuka pembicaraan, Ify menundukkan kepalanya berusaha mengusir rasa gugup yang sedang menderanya sekarang tak jauh berbeda dengan Shilla yang memilih untuk menaalihkan pandangannya kepada apa saja yang ada disekitar kantin, Septian menatap kedua gadis itu dengan pandangan bingung dengan apa yang terjadi dengan kedua orang itu selama ia pergi.
 “kalian berdua kenapa sih? Kok pada diem-dieman terus dari tadi?” tak ada jawaban dari kedua gadis itu, membuat Tian hampir frustasi dibuatnya. Kepalanya hampir pecah memikirkan apasaja yang telah terjadi  kepada keduanya saat ia pergi.
 “em... yan! Gue duluan ya, ada rapat Osis. Bye!” Shilla melenggang pergi  meninggalkan Ify dan Septian, Ify meenghela nafas pelan, ntah karena lega atau menyesal tak ada yang tau, Tian hanya memperhatikan gerak gerikya sedaritadi dapat menyimpulkan bahwa saat bersama Shilla tadi Ify merasa gugup.
 “woy...!!! lo ngapain berduaan sama my lovely! Sana lo, minggir!” Cakka tiba-tiba datang bersama Agni dan Via, lelaki itu langsung menggeser tempat duduk Septian yang tepat berada disamping Ify. Ify, Agni dan Via yang sudah sangat terbiasa dengan sikap Cakka itu hanya mampu menggelengkan kepala, Tian menatap Cakka dengan tatapan mengejek seakan akan berkata ‘Alay banget nih orang’. Tanpa memperdulikan tatapan sengit yang diberikan untuknya oleh Tian, Cakka segera duduk disamping Ify sambil memerhatikan wajah gadis itu.
 “Cantik!” Ucap Cakka tiba-tiba, Ify tak merespon ucapan Cakka, ia sudah sangat maklum dengan lelaki itu. Yang sabar aja deh dia kalo deket sama Cakka, lagi pula ia beruntung punya Cakka yang selalu membela dan melindunginya, yah walaupun sering kali cara Cakka menunjukkannya dengan cara-cara yang lebay atapun norak. Tian mulai terlihat ifil dengan semua yang dilakukan Cakka.
 “Dari dulu Ify juga udah cantik kali, Cak!” Agni tiba-tiba menyahuti ucapan Cakka, ia tak tau kenapa, jika Cakka berbicara, seakan sudah disugestikan, ia selalu menjawabnya dengan nada yang ketus. Cakka menatap kearah Agni yang sekarang sedang melahap bakso pesanannya yang baru saja datang dengan lahapnya, segelincir(?) ide jail tiba-tiba muncul dikepalanya.
 “ehem... Ag! Lo nggak jiji makan itu?” Ify dan Via mulai melihat siluet-siluet sesuatu yang tak beres dimata Cakka, sepertinya hal buruk akan segera terjadi. Agni mengeryit heran dengan pertanyaan lelaki itu, ia menatap sekilas bakso pesanannya lalu segera menggeleng, Tian yang ada disana hanya bersikap acuh tak acuh dengan semua yang dilakukan Cakka.
 “emang kenapa sama bakso ini? Orang enak juga! Bilang aja lo mau!” ucap Agni seraya kembali melanjutkan makan cantiknya, Cakka masih stay dengan raut wajah jijinya. Ify, Tian Dan Via hanya menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh pemuda berpipi sedikit chubby itu.
 “ITU ADA CICAKNYA AGNI!” teriak Cakka tiba-tiba. FUHH.... Semua bakso yang tengah dikunyah Agni langsung menyembur kemuka Cakka yang memang tepat berada dideppan gadis itu. ‘sial, gue kena batunya!’.
 “Mana Cicak? Mana? Huaaa.... mama.. ada Cicak kembarannya Cakka!!!” teriak Agni, dari luar boleh saja ia terlihat tomboy, tapi sebenarnya gadis itu sangat takut dengan yang namanya cicak. Siswa siswi yang berada dikantin langsung ricuh setelah mendengar teriakan Agni, terutama para perempuan yang memang kebanyakan merasa jiji dengan hewan yang satu itu. Kursi-kursi dan mejah kantinn tak lagi tertata rapi, banyak piring dan gelas yang pecah juga makan yang tak bersalah berceceran dilantai, suasana kantin saat itu sungguh kacau.
 “STOOOOOPP!!!!” bagai ada yang tengah menekan tombol pause, kantin yang tadinya gaduh karena triakan Agni menjadi hening seketika. Tepat didepan pintu masuk menuju kantin Bu Christy yang dikenal dengan kebaik hatiannya namun juga disiplin sudah berada disana.
 ***
 Disinilah Cakka dan Agni sekarang. Gudang. Untung saja yang bertugas hari itu adalah Bu Christy, jadi mereka hanya disuruh untuk membersihkan gudang sekolah, bagi murid-muris US itu termasuk dalam kategori hukuman yang paling mudah. Jika guru lain, bisa-bisa mereka diukum membersihkan toilet, lapangan basket, atau bahkan membersihkan seluruh sekolah dan itu selama seminggu.
 “gara-gara lo nih gue jadi ikutan dihukum. Dasar Cicak!” Agni bersungut sebal, sambil terus membersihkan gudang, sementara Cakka sudah melotot mendengar Agni menyebutnya Cicak, udah keren gini masih dipanggil Cicak.
 “heh... dasar lo, katanya aja tomboy eh... sama Cicak aja takut lo! Cewe Semen lo!” ucap Cakka, Agni hanya bisa menngeryit heran lantaran tak mengerti dengan ucapan Cakka, emang dia patung dibilang cewe semen? Hellow ini Agni asli tau.
 “maksud lo apa ngatain gue semen? Lo kira gue patung apa? Gue asli tau nih liat!” Cakka terkikik geli, bukan itu arti dari kata-katanya. Melihat reaksi Cakka seperti itu membuat Agni mengeryit heran. Apakah Cakka sudah gila karena terus ditolak Ify? *Maybe
 “ lo tau nggak semen artinya apaan?” tanya Cakka kepada Agni yang hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh Cakka. Melihat Agni yang sepertinya tidak berniat menjawab Cakka lantas membuka mulutnya kembali. “dengerin ya. Se, artinya Setengah! Men, berasal dari bahasa Inggris, lo tau lha artinya, otaklo kan lumayan! Kalo gitu gue pergi dulu, selamat berfikir!” Cakka lantas ngacir, Agni masih memikirkan arti dari ucapan Cakka tadi. Krikk... Krikkk....
 “Cakkaaaa.....!!! dasar Cicak ngeselin! Maksud lo apa ngatain gue setengah cowo?? Aghhrrr....” Agni berlari sekencang mungkin untuk mengejar Cakka, ia tak terima dibilang setengah cowo oleh Cakka, yahh walaupun sebenarnya itu benarpun ia tak rela. Tenaga Cakka hampir habis karena terus berlari, ia menengok kebelakang dan dapat dilihatnya bahwa Agni sudah berada sekitar 2 meter dibelakangnya padahal ia yakin tadi sudah meninggalkan gadis itu sejauh mungkin. Ia lelah dan akhirnyaa memutuskan untuk berhenti berlari, terserah gadis itu ingin mengapakannya, yang penting sekarang ia lelah dan butuh istirahat.
***
 “kena lo sekarang!” Agni menggenggam erat tangan Cakka, banyak orang yang memerhatikan mereka dengan berbagai tatapan aneh. Agni dan Cakka masih berusaha menormalkan nafasnya yang tersengal-sengal, sampai suara koor-an membuat keduanya sedikit terkejut.
 “ciee,... Cakka udah move on dari Ify nie yeee...”
 “Akhirnya seorang Agni jatuh cinta”
 “cie... Cakka, tak ada rotan akarpun jadi!”
 “lo berdua mau main film India? Pake kejar-kejaran segala!”
 “hahahaaa.....”
 Kira kira itulah beberapa koor-an yang terdengar, Agni yang tersadar langsung saja melepaskan genggaman tangannya pada lengan Cakka. Keduanya terlihat sedikit salting, namun tak lama kemudian mereka telah bisa mengntrol diri masing-masing.
 “eh kalo ngomong dijaga kek. Ntar kalo bebeb Ify gue denger gimana? Ntar dia salah paham lagi! Kalo my bebeb Ify marah lo semua gue hajar ntar!” ucap Cakka dengan nada serius, seseorang diantara mereka semua hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, seakan tidak setuju dan sedikit kecewa dengan ucapan itu.
 “tau nihh.. enak aja gue dibilang suka sama cicak kaya gini.” Keduanya melenggang pergi ke kelas maasing masing sambil terus mengeluarkan umpatan umpatan dari mulut masing-masing. *YaiyalahMulutMasingMasing. -_-
 ***
 Ify juga Sivia mengeryitkan dahinya melihat tingkah Agni yang masih saja kesal sejak masuk kedalam kelas tadi, mereka beranggapan kalau ini semua karena ia mendapat hukuman untuk membersihkan gudang, tapi nampaknya bukan itu yang menjadi permasalahannya.
 “Ag, lo kenapa sih dari tadi ngomel mulu? Sakit tau kuping gu__....”
 “ya nggak usah denger!” ucap Agni memotong ucapan Sivia, Via dan Ify hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat sikap Agni.
 “kitakan punya kuping, Ag! Lo mau kita tuli?” ucap Ify dengan nada polosnya membuat Agni semakin kesal hari itu.
 “Iya kali!” Ucapnya sedikit ketus. Ntah mengapa gadis itu menjadi sensi seperti itu, yang jelas Ify juga Sivia terlalu pusing untuk memikirkannya.
 “terserah lo aja deh neng..!!!”
 ***
 Disinilah Shilla sekarang, disebuah danau yang berada tak jauh dari sekolahnya, tempat yang mempunyai banyak kenangan indah, kenangan masa kecilnya yang tak pernah bisa ia lupakan. Ia memandang lurus kedepan, burung-burung yang berterbangan disekitar danau menambah indah panorama alam disana.
 “Ehemm... gue boleh ikutan duduk?” Shilla sedikit terkejut mendengar suara Septian yang tiba-tiba terdengar dibelakangnya, bukankah lelaki itu sedang bersama Ify tadi? Sudahlah, Shilla tak terlalu peduli, ia hanya sedang butuh teman curhat sekarang. Gadis itu lantas mengangguk mengiyakan, membiarkan lelaki itu duduk disampingnya. Hening sejenak, tak ada yang membuka suara baik Shilla maupun Septian, mereka hanya menatap lurus kedepan memandang danau yang berair tenang itu.
 “semua ini bukan karena Ify, tapi gue.” Shilla tiba-tiba angkat bicara, Septian memandang gadis itu dari samping tanpa niat untuk membalas ucapan gadis itu, membiarkannya melanjutkan sendiri kata-katanya. “ini bukan masalah gue suka sama Ro dan Ify juga suka. Itu semua bulshit, gue bahkan nggak pernah suka sama manusia es itu, gue bahkan udah punya pacar, namanya Iel. Ini semua gue lakuin demi Ify, gue sayang sama dia dan gue nggak mau dia sampe kenapa-napa” Shilla menyeka air matanya, ia benci situasi seperti ini, membuatnya terlihat begitu lemah dan tak berdaya. Tian merengkuh gadis itu, memberinya sedikit ketenangan. Melihat Shilla seperti itu ia yakin bahwa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi dengan gadis yang begitu disayanginya itu.
 “Shill, tenangin diri lo dulu. Baru lanjutin lagi” ucap Tian lembut. Gadis itu mengangguk, ia menyeka air matanya yang lagi-lagi menetes. Menarik nafas sebanyak-banyaknya, seakan akan oksigen yang ada tak cukup untuk dirinya.
 “gue nggak tau, apa cara gue buat ngelindungin Ify udah bener atau belum. Selama ini gue udah munafik, gue bilang kalau gue benci sama dia, padahal gue sayang banget sama dia. Saat gue jadi juara kelas atau olimpiade Cuma satu yang pengen gue dapat. Kata selamat juga pelukan dari Ify, tapi keadaan yang bikin semua itu nggak pernah bisa. Keadan ini membuat gue harus terus bersandiwara seakan akan gue dalah tokoh antagonis dalam drama, gue hanya bisa membiarkan mereka yang sebenarnya berperan sebagai sosok antagonis menjadikan dirinya seakan akan tokoh protagonis. Yan, janji sama gue!“ Shilla menatap mata Septian menandakan bahwa ia sedang serius. “apapun yang terjadi lo harus selalu ada disamping Ify. jangan biarin dia ngeluarin air matanya, lo harus selalu ngehibur dia. Jangan pernah biarin dia sediri. Gue nggak bisa ngelakuin itu, Ify mungkin udah terlanjur benci sama gue.” Shilla segera bangkit dari duduknya, belum selangkah Shilla berjalan suara Septian kembali mencegalnya untuk pergi.
 “gue emang nggak tau siapa tokoh yang lo sebutin itu, tapi setidaknya yang gue tau adalah bahwa semuanya belum terlambat buat diperbaiki! Hubungan kalian bisa pasti bisa kembali kaya dulu lagi” Shilla tersenyum tipis, diidalam hati ia mengaminkan kata-kata lelaki itu, tapi mungkinkah? Mungkinkan itu terjadi? Ia sungguh tak yakin.
 “sekarang gue tanya. Udah berapa lama lo kenal sama Ify? apa dia pernah nyimpan dendam sama orang? Lo inget Keke? Ify sampe kehilangan kesempatannya buat menang dikompetisi fotografi gara-gara Keke dengan sengaja ngejatuhin kamera Ify sampe dia nggak bisa ikutan. Tapi apa? Ify dengan sangat mudahnya maafin dia padal lo tau sendiri, betapa susahnya perjuangannya dia buat nyari ojek yang pas buat difoto, dan betapa Ify pingin banget ikutan lomba itu, dia pingin nunjukin keorang-orang bahwa dibalik semua kekurangannya dia punya kelebihan yang cukup untuk dibanggakan, dia juga pingin ngebuat ayahnya yang udah kerja keras ngidupin dia, juga bundanya yang udah ngorbanin nyawanya buat ngelahirin dia itu bangga. Tapi Keke ngancurin semuanya, Ify tetep bisa maafin dia dan senyum. Lo Cuma butuh buat usaha Shil!” Shilla tertegun mendengar ucapan Tian, semua itu benar adanya. Ify memang orang yang tak pernah menyimpan dendam pada siapapun dan Shilla tau itu.
 “tapi apa mungkin, Yan? Bisakah gue dapat maaf dari dia?”
 “lo bisa. Gue yakin itu!” Shilla dan Septian tersenyum lantas berjalan beriringan dan kembali kesekolah karena pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. ‘semangat Shill!’.



Bersambung!


Sabtu, 19 September 2015

It’s Not Dream Part6 *Cerbung Rify*

 It’s Not Dream Part6 *He Is Come Back!*

 FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya

 Happy Reading Guys!

      
 NB: Sorry Kalo Banyak Thypo Yang Bertebaran. Sorry Juga Karena Cerbung Gue Ini Ngeret Banget....!!! Oke, Wlaupun Hidup Kalian Gelap, Tapi Jangan Jadi Pembaca Gelap Ya! Hihi...
Lets Go To Story

 Ify merebahkan dirinnya dikasur empuk berukuran king zize-nya, hari  ini sungguh melelahkan baginya, ia harus berkelilinng  mall untuk mencari kado yang cocok untuk Cakka, sekaligus mencari alat dan bahan yang akan digunakannya untuk memberi kejutan untuk lelaki itu.
 “huhh.. capee..!” ucap Ify setengah Berteriak, karena kelelahan ia memutuskan untuk membaringan tubuhnya sebentar sampai akhirnya ia tertidur lelap.
***
 “lo harus mati ditangan gue! gara-gara lo gue harus kehilangan orang yang gue sayang, lo harus mati sekarang juga! Hahahaaaa....” tawa  seoraang lelaki membuat Ify ketakutan, ia  sedang berjalan sendiian saat ini, ia menengok kesekelilingnya mencari orang yang tertawa itu, tidak ada orang didekatnya  setelah itu ia kembali memfokuskan jalannya kedepan tapi bertapa terkejutnya ia saat melihat seorang lelaki dengan pakaian serba hitam, laki-laki itu memakai kaca mata hitam dan sebuah masker membuat Ify sulit mengenali laki-laki itu.
 “ka.. kamu siiapa..? ke.. naaa... pa kamu ping..in bunuh aku?” tanya Ify gugup, pemuda itu tersenyum sinis dibalik maskernya, menertawakan gadis itu yang sungguh sangat polos dan lemah. Ia menatap Ify tajam dan mulai mendekati gadis itu, perlahan tapi pasti ia mulai dekat, dengan langkah pasti Ify mulai bergerak mundur.
 “lo pasti kenal sama gue Ify sayang, ayolah berfikir!” lelaki itu mengeluarkan pisaunya dari dalam kantung jaket hitamnya, Ify berfikir keras berusaha menebak siapa pemuda misterius ini, ia semakin ketakutan karena pemuda itu mengarahkan pisaunya kearah Ify, tapi, disela-sela ketakutannya ia  merasa kenal dengan suara itu, ia merasa begitu familiar dengan suara itu. Pisau itu semakin dekat dengan Ify, membuat gadis itu menutup matanya.
 “llo harus matii...!” teriak pemuda itu keras, dan,..
 “Aaaaaaaa........!!!”
***
 Ify terbngun dari tidurnya, keringat dingin terus bercucuran dikeningnya. Ia hanya mimpi, tapi mimpi itu begitu nyata membuatnya sangat ketakutan. Tak ada orang dirumahnya saat ini semuanya sedang pergi entah kemana. Jam dinding menunjukkan pukul 7.25 malam, dengan segera Ify meraih Handphonnya dan menghubungi seseorang, ia tidak peduli dengan siapa yang ia hubungi, yang penting sekarang ia memerlukan seseorang untuk menemaninya.
 “halloo..!”  terdengar suara seseorang yang sepertinya sangat malas untuk mengangkat telpon dari Ify. Ify terisak, suaranya seakan tak bisa keluar untuk sekedar menyuruh seseorang itu datang kerumahnya.
 “hikss... gu.. guee.. takuttt...!” hanya itu yang dapat dikatakan oleh Ify. ia sungguh tak sanggup berkata apapun sekarang.
 “lhoo.., Fy? Lo kok nangis sihhh..?” tanya orang itu kahwatir, tak ada jawaban dari Ify. Tuuttt... terdengar suara sambungan yang diputuskan oleh sebelah pihak, Ify terus saja menangis mimpi itu terlalu nyata hingga membuatnya terisak seperti itu.
 Tak sampai 10 menit terdengar suara pintu yang dibuka dari arah pintu masuk rumah Ify, dengan segera gadis itu turun dan memeluk sesosok pemuda yang baru saja datang itu, pemuda itu adalah Rio, ya kontak teratas dalam handpon ify adalah rio, dengan nama kontak “Ayank Io” nama itu disematkan oleh Via.
 “fy, lo tenang yaa..! Lo cerita sama gue, lo kenapa?” ucap Rio kahwatir, ntah kenapa tangisan Ify saat ditelephon tadi membuatnya merasa sangat kahwatir dengan gadis itu.
 “mimpi.. gue, takut... yo, gueee... hiks” Rio bingun dengan ucapann Ify  yang sungguh tak beraturan, ntah kekuatan dari mana Rio langsung merengkuh Ify guna menenangkan gadis itu.
 “udah sekarang lo tenang, udah ada gue disini. Lo nggak perlu takut lagi, oke!” ify mengangguk dalam dekapan Rio, ia merasa nyaman bahkan sangat nyaman hingga khirnya ia tertidur pulas.
***
 Pagi yang cerah secerah hati Ify hari ini, ya karen kejadian semalan hari ini ia bisa berangkat bersama Rio. Siswa dan siswi US memandang aneh keduanya, seorang Mario yang dikenal dingin bahkan sangat cuek kepada seorang Ify, kini datang dan berjalan berdampingan? Sungguh pemandangan yang jarang terlihat.
 “IFY! RIO?” Via dan Agni mengucek matanya masing-masing lalu berpandangan, benarkah yang mereka lihat, sahabatnya tengah berjalan bersama si manusia es? Apa mereka bermimpi? Rasanya tu tidak mungkin terjadi. Jika ada yang dianggap paling mustahil oleh mereka adalah kejadian seperti ini!
 “awww..” ringis Via, tiba- tiba saja Agni mencubit  pipi chubynya dengan sangat keras membuat siempunya pipi meringis kesakitan.
 “isshhh.... sakit atau Ag, lo ngapain sih nyubit-nyubit pipi gue yang unyu ini?” sungut Via sebal, sementara Agni hanya nyengir sambil memperlihatkan jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf phi (V).
 “ mau mastiin aja, Vi, ini gue mimpi atau emang beneran nyata. Sakit ya kalo gitu berarti ini nyata donk?” ucap Agni dengan tampang Watadosnya membuat Via ingin sekali menabok wajah sok imutnya itu.
 “gue tau pipi gue ini tuh unyu-unyu banget, imut, dan lo nggak punya pipi kaya gue gini. Tapi jangan dijadiin korban juga kali Ag, lo bisakan pake pipi lo yang kerempeng itu? Nggak usah pake pipi gue yang langkah ini juga keles!” ucap Via ngoceh sendirian, sementara Agni telah beralih posisi duduk dibangkunya sambil mengahadap belakang tepat pada bangku seorang gadis yang tengah tersenyum sangat manis. Ya siapa lagi kalau bukan Ify?.
 “Ditanah abang banyak pipi kaya lo, Vi!” ucap Agni, Via tidak lagi peduli dengan ucapan Agni, ia lebih memilih fokus pada Ify yang sedang gila hari ini.
 “fy, lo masih waraskan? Ify...! ifyyy......!!” panggil Agni dan Via yang sudah berada didepan gadis cantik itu, Ify masih sibuk dengan lamunannya sendiri. Tak sadarkah ia telah membuat banyak orang cengo atas apa yang terjadi pada dirinya hari ini?. Agni membisikkan sesuatu ditelinga Via, mungkin sedang merencanakan sebuah ide jail.
 “ IF-“ tepat saat kedua gadis itu akan berteriak, tiba-tiba Bu Oky yang merupakan guru matematika dikelas Ify memasuki kelas sontak membuat semua murid yang tadinya berserakan kemana mana kembali ke bangkunya masing-masing. Ify yang samasekali tak menyadari hal itu terus saja melamun, tak lama kemudian Bu Ira selaku kepala sekolah masuk dengan seorang pemuda berwajah tampan, dengan tubuh tinggi dan tegap, hal itu membuat riuh kelas X11.1.
 “ ehemm...! Oke all, hari ini kita kedatangan murid baru, namanya Septian, dia pindahan dari Paris. Ibu harap kalian biasa menerima dia sebagai teman kalian! Dan Bu Oky, saya mau bica sebentar. Mari ikut saya. Kamu silahkan duduk dikursi yang kosong itu” suara bisik - bisik tetangga dari kaum perempuan kelas itu pun semakin bertambah saat tau bahwa murit baru nan tampan itu merupakan pindahan dari Paris. Ify yang mendengar samar - samar suara Bu Ira yang menyebutkan nama kota impiannya Paris segera mendongakkan kepalanya, menatap sejenak orang yang berada didepan kelasnya itu.
 “TIAN?” belum sempat Septian melangkah dan duduk dibangkunya teriakan Ify membuat seluruh orang yang ada dikelas itu memandang kearah dirinya. Ify tak teralu peduli dengan itu, ia berusaha menyadarkan dirinya bahwa yang ia lihat itu salah, tapi ini benar benar nyata!
 “hy, Fy!” Jawabnya sambil memamerkan senyum lebarnya, membuat kaum perempuan semakin terpanah. Sementara ify? ia masih tak percaya dengan apa yang sedang terjadi, sebelum sebuah pertanyaan sederhana dari Dea, teman sekelasnya yang terkenal kepo membuatnya sadar kembali.
 “Kok lo kenal Ify? lo siapanya dia?” Ify mematung, pertanyaan itu memang cukup bahkan sangat - sangat sederhana, tapi jawaban dari pertanyaan itu yang membuat Ify sedikit deg degan, bahkan Via yang duduk disamping Ify dapat merasakan ketegangan gadis itu. Ify memandang Septian seakan tengah memohon sesuatu, setelah itu ia menundukkan kepalanya dan berdo’a ntah apa yang ia do’akan.
 “Ify itu sahabat gue dari SD dan SMP....” septian berhenti sejenak, ia melihat Ify tersenyum lega, pemuda itu tersenyum tipis melihat tingkah gadis itu yang tak pernah berubah sejak dulu, tetap polos. Ia lantas melanjutkan kata-katanya.
 “sekaligus cinta pertama dan satu-satunya pacar gue! dan gue juga tau kalo satu-satunya pacar dia tuh Cuma gue, sampe sekarang! Dan kita belum putus.” OMG! Ingin sekali rasanya ify menimpuk kepala lelaki itu dengan novel  -novel yang berada dilaci mejanya sekarang seperti kebiasaannya saat SMP dulu, pipinya memerah bagai tomat matang, Septian benar benar membuatnya malu, ia melirik sekilas teman - teman sekelasnya terutama Rio, lelaki itu terlihat biasa saja seakan tak peduli, membuat Ify sedikit kesal dengan lelaki itu *EmangLoSiapanyaRio?.
 “ lo beneran pacarnya Ify? mana buktinya?” ucap Acha yang tengah patah hati, baru juga nemuin cowok ganteng yang yah, hampir sebandinglah sama sang idola, Rio. Ify melotot, tapi apa daya? Tak ada yang bisa ia lakukan selain menyembunyikan wajahnya. Septian kembali menatap Ify lantas membuka dompetnya, dan menunjukkan sebuah foto. Disana terlihat Ify dan Tian yang sedang berpose romantis, ditengah tengah foto itu terdapat sebuah tulisan yang berbunyi.
~ Tian <3 Ify ~
25 Juli 2009
 Tak hanya itu, disana juga terdpat tandatangan Ify dan septian, ify merutuki pemuda itu. Ia berjanji, septian tak akan selamat kali ini. Cittt.. suara decitan pintu membuat aktivitas tanya jawab dikelas itu terhenti sejenak. Shilla tiba tiba masuk dan langsung duduk dibangkunya bersama Rio, tepat dibelakang Ify dan Via, hari ini ia sedikit telat. Ia masih belum menyadari bahwa ada wajah baru dikelasnya.
 “hy, Shil!” ucap Septian sekedar menyapa, Shilla mendongakkan kepalanya, melihat kedepan karena merasa ada  yang memanggilnya. Hampir sama dengan ekspresi Ify tadi Shilla juga sama kagetnya. Ia memandang Ify yang sedang menundukkan kepala. Belum sempat Dea si Miss kepo kembali bertanya, Bu Oky kembali masuk dan melanjutkan pembelajara yang sempat tertunda.
***
 “Fy...! Shill...! kantin yuk!” ajak Septian, ia memandang kedua gadis itu bergantian. Ia tidak melihat raut benci dari keduanya, hanya saja ada sedikit rasa canggung diantara mereka dan ia tak tau apa sebab dari semua ini.
 “em... duluan aja sama Ify, ntar aku nyusul!” ucap Shilla cepat, Tian dapat melihat raut kecewa diwajah Ify, juga rasa menyesal diwajah Shilla. Lelaki itu sudah sangat lama mengenal kedua gadis itu, ia sangat hafal dengan ekspresi, tingkahlaku, bahkan kebiasan mereka berdua walau sudah hampir 3 tahun mereka tak pernah bertemu.
 “kalian berdua kok aneh banget sih? Apa terjadi sesuatu saat gue pergi?” tak ada yang menjawab, merasa tak ada yang merespon Tian menarik kedua gadis itu agar mau ikut dengannya kekantin. Tak peduli berapa banyak mata yang menatap mereka dengan tajam.
 “hey... mau lo bawa kemana Ify gue?” Cakka yang baru saja akan menghampiri Ify dikelasnya langsung berpaspasan dengan Tian yang tengah menggandeng Ify dan Shilla, ia tak memperulikan Cakka. Tak lama setelah rombongan itu pergi, Agni segera menyusul bersama Via.
 “Vi... Ag,,... itu siapa?” tanya Cakka lagi saat melihat Agni dan Via yang sedang Menyusul rombongan tadi, kedua gadis itu terus saja berjalan tanpa mengubris pertanyaan dari Cakka, membuat pemuda itu kesal. Tak lama kemudian Rio keluar seperti biasa, dengan wajah datarnya dan gaya coolnya. Awalnya Cakka sempat tak yakin bertanya pada makluk cuek satu ini, tapi dengan segenap keyakinannya, ia kembali mempertanyakan hal yang sama dengan yang ia tanyakan kepada dua sobat Ify tadi. Sama saja dengan sebelumnya, tak ada jawaban.
 “Makan hati gue! sakitnya tuh disiniii...!” ucap Cakka lebay lalu segera berlari menyusul Agni dan Via yang telah lebih dulu menyusul Ify.

 Bersambung!