Senin, 17 Agustus 2015

It’s Not Dream Part 3 *Cerbung Rify*

It’s Not Dream Part 3 *Cintakah Ini?*

FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya

 Happy Reading Guys!


 Ify baru saja keluar dari ruang Bu Winda wali kelasnnya, seulas senyum kebahagiaan tergambar jelas dibibir tipisnya. Ntah apa yang membuat ia begitu bahagia saat keluar dari sana, tidak lama kemudian Rio keluar dari ruangan yang sama dengan muka datar dan dingin seperti biasanya.
 “lo kenapa sih, fy? Dari tadi senyam senyum, senyam senyum mulu” Agni sangat heran dengan Ify yang sudah seperti orang gila. Ify masih tidak menghiraukan kata-kata Agni, ia masih memikirkan apa yang barusaja terjadi diruangan Bu Winda tadi.
 “Ag, kayanya Ify minta dikerjain nih!” Seulas senyum evil tergamar jelas dibibir Via.
 “1... 2.... 3...! IFY... ADA TAYLOR SWEEF!” Teriak Agni dan Via tepat ditelinga Ify.
 “Hahh,... Taylor Sweef? Mana... Mana...? Huaaa... Taylor Sweef I Love You!” Ify berteriak gaje dikelasnya, murid-murid yang kebetulan ada dikelas langsung tertawa ngakak melihat Ify yang seperti itu, bahkan Sivia dan Agni sampai memegangi perutnya yang erasa sakit akibat terlalu banyak tertawa. Ify terlihat seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan baru oleh oragtuanya ketika mendengar nama idolanya itu disebut.
 “lohhh.. kok kalian malah ketawa sihh..? Taylor Sweef nya mana?” tanya Ify polos, ia melihat kesekelilingnya dan yang didapati adalah teman-temannya yang sedang tertawa. Tentunya kecuali satu orang yang kebetulan berada disana.Rio. Ketika Ify mengalihkan pandangannya kearah Rio, Rio segela bangkit dan berjalan santai. Saat sampai disamping Ify ia sedikit  memiringkan tubuhnya. “lo dikerjain Ify!” bisiknya lembut, tepat diteliga Ify. Baru kali ini rasanya Rio berbicara selembut dan sedekat itu kepadanya. Serasa terbang kelangit ketujuh Ify dibuatnya, sampai suara koor-an dari teman-teman kelasnya menyadarkannya.
 “cieee... Ify.. Ehemm,..!” semburat merah langsung muncul dipipinya. ‘Rio, kau buatku gila!’
***
 “kenapa gue jadi gini ya?” seseorang berbicara sendiri disebuah atap bangunan sekolahnya. Seutas senyum tergambar jelas dibibirnya, ntah mengapa bayngan seorang gadis terus berkeliaran dikepalanya.
 “Apa mungkin gue suka sama dia? Tapi apa mungkin, gue suka sama cewe kaya Ify? Emang sih dia itu cantik, manis, baik, lucu, tapi diakan bego! Eh, tapi kok gue malah mikirin dia yahh...? aaarghh.... bodo ah, mending gue tidur!” ya, dia Rio dan gadis yang difikirkannya itu tak lain dan tak bukan adalah Ify. Rio sedang bingung dengan perasaannya terhadap Ify. ia senang saat melihat Ify tertawa, senang saat mmelihat  gadis itu malu-malu, bahkan Rio yang dibilang tidak pernah tertawa pun hampir tertawa melihat prilaku Ify tadi. Tapi apa mungkin ia suka dengan gais itu? Hanya tuhan yaang tau!
 Tanpa Rio sadari ada seorang gadis yang telah menguping perkataannya sedari tadi,  gadis  itu menggeram keal mendengar kata demi kata yanngdiucapkan pemuda hitm manis itu.
 “kenapa harus Cewe bego itu sihh? Kenapa bukan gue? awas lo cewe bego, gue nggak akan biarin lo ngerebut Rio dari gue!” gadis itu tersenyum sinis dan segera pergi dari tempat itu sebelum Rio sadar bahwa ia telah menguping.
 ***
 “fy, katanya Rio nungguin lo ditaman belakang sekolah! Lo disuruh pergi kesana, tapi sendirian aja ya! Soalnya Rio mau ngomong penting katanya.” Ucap Dea, teman sekelas Ify, tentu saja menurut Ify itu brita bahagia, sebentar lagi ia akan bertemu Rio dan itu hanya berdua. Betapa senangnya Ify sekarang.
 “ makasih ya ,De! Aku sayang kamu..! muach!!” Dea bergidik ngeri dengan kelakuan Ify, gadis yang sungguh aneh, fikirnya.
 “yaudahh.... gue pergi dulu!” Dea segera pergi sebelum Ify bertingkah lebih gila lagi, dan dia tidak mau itu. Ia masih ingat saat Ify menyukai kakak kelasnya yang bernama Debo, Ify bahkan lebih gila lagi dari ini.
 “Rio, tunggu aku!”
***
 “Rio mana ya? Kok nggak ada ya?” Ify memutar bola matanya guna mencari soso Rio, tapi yang didapatinya hanyalah taman yang indah penuh bunga dan pohon-pohon yang rindang.
 “aku kelamaan kali ya? Mungkin Rio udah pergi karena kelamaan nunggu aku!” Ify mendesah kecewa, denga langkah gontai Ify berbalik dan hendak pergi dari sana sebelum sebuah suara menahannya.
 “mau kemana lo?”


Bersambung


Minggu, 09 Agustus 2015

It's Not Dream Part 2 *Cerbung Rify*

It's Not Dream Part 2 *Kita Senasib*
FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya

 Happy Reading Guys!


Cakka terilahat seperti orang bodoh, ia cengo dengan sikap Rio.
 
 "Kok Rio marahnya sampe segitunya ya? Perasaan kita udah sering marah-marah sama dia and dia woles aja tuh! Tapi kok tadi dia marah banget ya?" Cakka trus mengoceh sendirian, sementara Agni dan Via sudah berlari menuju kelas dimana mereka tadi meninggalkan ify sendirian.
 

"Loh, tuyul dua tadi kemana ya? Ah gue ditinggalin lagi deh! Dasar" Cakka terus saja mengumpat sambil berjalan mengikiti Agni dan Sivia yang berjalan tak jauh dari dirinya.
 

*** 
"woy, lo bedua ngapain disini? Ify mana?" tanya pria itu pada dua cewe manis yang dipanggilnya tadi. Merasa tidak dihiraukan -Cakka- lelaki itu mengikuti arah pandang dua makluk yang sedang diajaknya berbicara. Matanya membulat sempurna kala melihat sang pujaan hati tengah bersama cowo tengil yang menurutnya tidak pantas untuk gadis itu.
 

"IFY!" teriak Cakka, Agni dan Sivia langsung melihat kearah Cakka dengan tatapan jengkel.

"lo ngerusak suasana aja sih, Kka!" maki Via dengan nada sedikit berbisik.
 

"tau nih. Ini kesempatan tau buat Ify. Lo malah ngerusak semuanya!" ucap Agni dengan nada geram. Sementara Cakka? Ia malah melenggang pergi menuju tempat dimana Ify dan Rio yang kini menatapnya.
 

***
 
Mata Ify terbelakak. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, seorang Mario menangis? Apa ia tak salah melihat? tentu tidak. Dengan ragu Ify memukul pelan bahu Rio.
 
"ngapain lo disini?" Ucap Rio tanpa menghapus air matanya. Mungkin ia ingin dunia tau bahwa ia juga manusia. Ia juga bisa menangis.
 
"Bila kamu punya masalah, kamu bisa cerita ke aku! Mungkin aku bisa membantu" Ify tersenyum lalu segera duduk disamping Rio. Entahlah, ia tak tau keberanian dari mana yang membuatnya berani bertingkah seperti itu. Hening. Tak ada yang mengeluarkan kata-kata. Ify yang sebenarnya ingin bicarapun terasa susah sekali.
 

"Mama udah meninggal pas ngelahirin gue" Ify tersentak. Pantas saja Rio marah saat Cakka mengungkit masalah mamanya.
 

"kalo lo mau bilang gue nggak pernah diajarin sopan santun sama mama gue, itu emang bener. Jangankan diajarin sopan santun, ketemu aja gue nggak pernah. Tapi mama cuma sempet ngasi gue nama, Mario!" Rio tersenyum miris. Butiran bening itu kembali turun.
 

"kita sama kok" Ify memandang lurus kedepan, seuntai senyuman terukir indah dibibirnya. Rio memandang Ify dengan tatapan penasaran. Ia hanya diam, menanti gadis itu melanjutkan ceritanya.
 

"seenggaknya kamu lebih beruntung dari aku. Mama kamu masih bisa ngasih nama ke kamu. Sementara aku? Aku lahir dengan cara sesar. Mama keburu diambil tuhan sebelum ia sempat berusaha ngeluarin aku dari rahimnya" butiran bening meluncur bebas dipipi mulus Ify. Dengan segera ia menghapus air matanya, ia tidak mau terlihat cengeng didepan Seorang Rio.
 
"Tapi walaupun gitu, aku harus terus semangat. Aku nggak mau mama sedih karena aku sedih" Ify memandang kearah Rio.
 
"Kamu juga harus semangat, jangan jadikan mama kamu sebagai alasan kamu buat sedih dan suka menyendiri. Karena dengan sikap kamu yang seperti itu mama kamu pasti sedih!" Rio mencerna kata-kata gadis disampingnya ini. Rio tersenyum, Ify benar, ia tidak boleh terus terpuruk seperti ini. Rio ingin bertrima kasih kepada Ify, tapi satu suara membatalkan keinginannya itu.
 

"IFY!" Mereka melihat kearah sumber suara itu. Cakka, dalam hati Ify mengumpati Cakka yang telah mengganggu momen pentingnya bersama Rio. Tapi Ify tersenyum ketika melihat Via. Sepertinya penafsiran Via benar.
 
"Setelah gue merhatiin Rio selama beberapa abad. Sekarang gue tau kalo prinsipnya Rio itu 'Save the best for last' jadi jika lo bisa menjadi yang terbaik dimata dia, dia bakal nyimpan lo sebagai yang terakhir" itulah yang dikatan Via saat Ify hampir putus asa karena sikap Rio. Walaupunucapan Via itu sempat mendapatkan ekstra jitakan dari Agni dan Ify karena cukup ngelantur, kini ify membenarkan ucapan sahabatnya itu, ya jelaslah dapat jitakan. Via kenal Rio aja baru tiga tahun ini, bagaimana bisa ia telah memerhatikannya seaama satu abad. Mungkin waktu itu Via hanya ingin menghibur Ify dengan guyonannya. Tapi sekarang rasanya itu bukan lagi sebuah guyonan. Ify merasa bahwa Rio sudah mulai membuka jalan untuknya. Walau itu hanya sedikit.
 

Ify tersenyum melihat Agni dan Via yang sedang merutuki kelakuan Cakka, mereka sangat lucu, pikirnya. Sementara Rio, ia memasang ekspresi datar lalu segera pergi menginggalkan Ify dan Cakka yang sudah berada disamping Ify.
 

"Kamu ngapain sih sama manusia es itu? Kaya nggak ada kerjaan lain aja. Kalo dia nyakitin kamu giemana Ify sayang!" tanpa peduli dengan Cakka yang menurutnya overprotektive, Ify segera pergi menuju tempat Sivia dan Agni. Sementara Cakka terus mengomel tanpa sadar bahwa gadi pujaan hatunya itu telah meninggalkannya.
 


Bersambung 
Penasaran ? Tunggu Aja Kelanjutannya !
 

Jangan Jadi Pembaca Gelap Gays! Sorry Ya Kalo Nggak Memuaskan ! Maklum Masih Amatiran.