Minggu, 01 Oktober 2017

It's Not Dream Part12 *CERBUNG RIFY*

Serangan Mendadak, Bertubi Tubi

Rasanya terlalu lemah kaki jenjang milik Ify berjalan dikoridor pagi ini, kepalanya sedikit tertunduk dan langkahnya begitu pelan, sama sekali tak bertenaga. Ah, andai ia punya sayap, ingin sekali rasanya terbang menuju kelasnya, pasti menyenangkan dan ia tak perlu lama lama berjalan sambil menyeret kakinya yang sama sekali tak mau diajak melangkah. Mager. Sama sekali tak fokus dan lelah. Ia bahkan hampir saja melewati kelasnya jika Patton tidak segera menarik tangan gadis itu untuk masuk ke kelas yang sudah mulai ramai. Hari ini sama sekali bukan hari yang baik menurut Ify, jika pada hari biasa saja saat ia bersemangat pelajaran pelajaran yang diajarkan tidak bisa ia tangkap, apalagi jika ia lelah seperti ini? Tamatlah sudah.

Septian yang sedang duduk dibangkunya sambil mengobrol atau lebih tepatnya berdebat dengan Cakka, membahas Ify tentunya, mengalihkan perhatiannya kepadah gadis itu, sontak Cakka mengikuti pandangan Tian lalu bergegas menghampiri Ify saat ia sadar jika Tian telah melangkah lebih dulu.

"My Lovely kenapa? Sakit? Sini abang Cakka obatin Ululuu..."

"Najis Cak!"

"Nahjong, Jauh Jauh Lo Cak"

Cakka tak peduli dengan Tian dan Patton, ia hanya memperhatikan Ify yang menelungkupkan kepalanya di meja.

"Fy, ke UKS yuk? Kalo kamu sakit gausah belajar ya?" Suara Tian terdengar lembut ditelinga Ify, namun tak cukup untuk membuat gadis itu menggerakkan kepalanya.

"Fy,_"

"Aku mau sendiri dulu, Yan. Bisa tolong tinggalin aku?" Tian menghela nafa berat lantas menarik tangan Cakka yang kekuh ingin terus disamping Ify dan menepuk pundak patton untuk ikut beranjak meninggalkan Ify yang kemudian memutuskan untuk menyendiri di perpustakaan. Tidur.

***

"Ify Alyssa?"

"Di UKS Bu, Dia Sakit." Ini untuk  kedua kalinya Tian harus berbohong kepada guru yang mengabsen, selama tiga jam pelajaran gadis itu menghilang ntah kemana, dan sekarang sudah memasuki jam ke empat yang artinya sekarang saatnya pelajaran matematika dan gadis itu belum juga kembali.

Tian terlihat tenang dibangkunya meski sebenarnya ia sedang sangat sangat kahwatir dengan Ify, sementara itu Shilla sudah tak tahan lagi, rasa khawatirnya tidak bisa dibendung lagi. Shilla memandang kearah Agni juga Via yang terlihat santai, juga Tian yang berusaha setenang mungkin menangkap pelajaran yang sedang diajarkan oleh wali kelasnya. Ibu Sri Sundara.

"Bu" Shilla mengangkat tangannya sambil berseru membuat guru matematika yang sudah beranjak tua itu terpaksa mengalihkan tatapannya dari papan tulis, memandang Shilla dengan sedikit garang. "Saya mau izin ke toilet." Bu SS. Sapaan akrab ibu Sri Sundara. Mengangguk dan langsung menghadap ke papan tulis bersiap untuk menerangkan materi.

***

Shilla merutuki dirinya yang lupa membawa ponsel hingga ia harus mencari Ify ke seluruh penjuru sekolah sendirian , ia menatap nyalang ke seluruh sudut sekolah yang ia lewati tak ingin kecolongan sedikitpun, ia melangkah ke kiri saat berada di pertigaan antara kantin dan perpus, sangat tidak mungkin gadis berdagu tirus itu berada di kantin saat masih jam pelajaran jadi satu satunya tempat yang belum ia kunjungi adalah perpustakaan.

Shilla menyusuri perpus yang penuh dengan rak rak menjulang berisi novel, ia mengenal Ify, tak ada bacaan yang lebih menarik bagi gadis itu selain membaca novel. Ia melihat seorang gadis yang sedang meringkuk dipojokkan sambil memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya di lipatan kakinya, Shilla sangat sangat yakin bahwa itu adalah Ify, dilihat dari Body juga aksesorisnya yang digunakan gadis itu. Shilla berjalan pelan lalu segera merengkuh tubuh sahabatnya, Ify tersentak kaget sebelum isakannya kembali terdengar sesaat setelah mengetahui bahwa Shilla Lah yang tengah memeluknya.

"Aku harus apa, Shill?" Ify bergumam lirih, Shilla mengerti apa yang gadis ini tengah rasakan, semalam ia mendapat kabar bahwa ayah Ify masuk Rumah Sakit akibat penyakit jantung yang dideritanya sejak lama tiba tiba kambuh setelah lama tak pernah kambuh, sontak itu membuat Ify panik dan bingung ia tak tau harus menelepon siapa Sampe Shilla menghubunginya untuk mengingatkan akan tugas dari Mr. Antra yang harus dikumpulkan besok, ia sama sekali tak menghiraukan kata kata Shilla malah meinta tolong mengenai keadaan papanya. Itulah yang membuat Shilla panik saat Ify menghilang tak kembali ke kelas. Ia Tahu bahwa gadis itu sedang dirundung masalah yang sangat berat.

"Papa belum sadar, aku gak punya siapa siapa lagi, Shill. Ify takut..." Beruntung di perpus tidak ada orang saat ini, Shilla membimbing gadis itu untuk bangkit lalu menghapus jejak air mata yang mengalir dipipinya.

"Ify punya Shilla sama Tian, jangan takut Fy, kita Akan selalu jaga Ify. Sekarang Ify harus doa ya buat papa, semoga papa Cepet sembuh dan sadar." Shilla menahan mati Matian air matanya agar tak terjatuh, ia harus kuat demi Ify, ia tak boleh ikut menangis, Tidak!

"Tapi Ifu takut, gimana Kalo papa gak bangu lagi? Gimana Kalo papa Ninggalin Ify? Gimana Kalo papa Nyusul mama? Gimana Kalo papa Udah capek Ngurus Ify? Gimana Shill... "

"Ify, percaya sama Shilla, papa pasti kuat. Sekarang kita ke Kantin ya? Ify pasti belum makan." Shilla mengelus rambut Ify sayang, ia sungguh tak tega melihat sahabatnya seperti ini, setelah Rio menyakiti Nya kini giliran ayahnya yang sakit. Ia tak yakin Masi bisa berdiri jika itu menimpa dirinya.

Kedua gadis itu berjalan menuju Kantin setelah lebih dulu mampir ke toilet untuk membersihkan wajah Ify.

***

Ify meringis melihat pergelangan tangannya yang memerah akibat diseret pemuda jakung didepannya. Pemuda yang mati Matian ia hindari seminggu ini setelah kejadian Dimana Ia berjanji untuk tidak lagi mengejar lelaki itu setelah sebelumnya ia dilabrak oleh Vania saat ia izin ke toilet disela acara makan bersama mendadak nya dengan gadis itu dan ibunya yang ternyata adalah sepupunya!

"Jadi pacar gue!"

Bersambung.
Gantung Ya? Maafkan Akyu Pemirsah. 😘
AiYuu

Dandelion

Pernahkah Dandelion Sekalipun
Pernahkah Ia Menyesal Telah Tumbuh
Tumbuh, Lalu Gugur Tanpa Makna
Ia Tak Cukup Indah
Tuk Dikagumi Semua Orang
Adakah Pernah Ingin Berubah Jadi Mawar
Atau,
Pernahkah Ingin Punah
Ia Gugur, Tumbuh, Dibasmi
Kadang Dianggap Pengganggu
Walau Pernah Juga Disayang
Lalu, Pantaskah Samakan Diri?

AiYuu

Semoga

Buatmu
Aqua Bukan Lagi Jadi Minuman
Hanya Jadi Air Kobokan
Kamu Mampu Membuat Hujan
Walau Tak Senyata Punya Tuhan
Kalimatmu Tidak Ada Kelembutan
Ketakukan Jadi Makanan
Kebahagiaan Bukan Panutan
Sedih Tak Lagi Kau sebut Kesedihan
Selamat Berjuang Dengan Kesuksesan
Ku Kirim Doa Bukan Hujatan
Semoga kamu Berkenan.

Aiyuu

Hy...^.^ Itu Nyebut Merer Boleh Gak Sih? XD Wkwkwkkk.... Ntah Kenapa Kepikiran Sesuatu Trus Pas Nulis Malah Jadi Gini(?) Akhirannya N Semua Ya XD Gaje Emang Gue Aduhh...

Kadang

Kadang Aku Merasa Menyesal Telah Dilahirkan
Kadang Aku Sakit
Aku Menangis Sendiri
Siapa Yang Tau? Tak Seorangpun
Aku Sendiri Memendam Sepi
Aku Berjuaang Sendiri Dalam Kesakitan
Pernah Aku Berfikir
Mengapa Ada Yang Mau Membuatku Tumbuh
Jika Hanya Jadi Babu
Mengapa Susah Susah Merawatku
Jika Hanya Dianggap Angin Lalu.
Bukan Tak Bersyukur Dilahirkan
Tapi Aku Hanya Berfikir
Untuk Apaa Aku Menjadi Dewasa
Jika Tidak Ada Yang Peduli Juga Sayang
Untuk Apaa Aku Hidup Menimbun Dosa Dan Kesakitan.
Pernah Terlintas Difikiranku Mengakhiri Semua Ini
Pergi Jauh Mencari Jati Diri
Lalu, Kembali Lagi Lain Waktu.
Aku Pernah Mencoba, Namun Tertelaan Ketakutan Sendiri
Aku Merana Sendiri
Meringis Sendiri
Semua Sendiri.
Disini. Sepi. Hati.

AiYuu

Sabtu, 30 September 2017

Pengertian

Seperti Siang Dan Malam
Aku Dan Kamu
Dia, Mereka, Cinta
Semua Masih Sama Terasa
Sampai Takdir Mengubah Cinta
Menghapus Rasa
Membawa Hari Kekelamnya
Aku Masi Setia Tertawa
Sebelum Kamu,
Tenggelamkan Caya

AiYuu

Hallo Ketemu Lagi Ama Puisi Gajeku(?) XD

Mutlak

Kamu Tau?
Kebahagiaan Mutlak
Yang Aku Miliki Saat Ini
Adalah Kamu Yang Setia Berdiri
Selalu Temani Sepi
Bahkan
Saat Yang Lain Beranjak Pergi
Dan Angan Tak Lagi Jadi Mimpi.

AiYuu

Hallo ^.^

T.U.M.B.T.A.T *Puisi*

Tidak Mungkin Minta Lebih
Untuk Apa Bahkan Tidak Milikku
Mau Apa Pinta Lebih
Bahkan Kalau Ada Sekerat Daging Memaksa
Api Kecil Akan Padam Sekedarnya
Tidak Akan Terlalu Berbekas, Lalu
Angin Membawa Pergi
Tidak Terlihat Atau Terjamah.

AiYuu

Hy... ^.^ Lamaa Ya Gak Ketemu, Apaa Kabar Teman Teman? ^.^ Kepikiran Aja Sih Maau Post Ini Puisi Tadi Tiba Tiba Terlintas Syuh... Jadilah(?) #GajeGueEmang XD
Kalo Nggak Ngerti Maknanya Disabaar Sabarin Ya XD

Rabu, 31 Mei 2017

It's Not Dream Part11 *Makan Bareng?*

It's Not Dream Part11


Hidup terkadang memang terlalu brengsek untuk dibanggakan, dan aku merasakannya.

***

~Ify POV~

Kejadian itu masi terus ku ingat, bahkan saat akan tertidur aku masi mengingatnya hingga saat mimpi terajut hal itu lagi yang ku mimipikan. Sebenarnya aku capek, lelah sekali rasanya mengejar tanpa dilirik tapi ntah mengap hati selalu menang diatas fikiran.
Aku ingin sekali berlalu meninggalkan perasaan ini, berbalik arah dan pergi bersama yang lain bahkan jika aku harus meninggalkan setengah hatiku disini karena tak mampu membawanya kembali. Tapi, aku takut jika saat aku memilih meninggalkan setengah hati ini untukmu, rasa sakitnya tetap bisa ku rasa dan tak lagi bisa bahagia.

_Alyssa_

Kututup buku diaryku dan segera menyimpannya di tempat yang kuyakini aman, takkan ada yang tau tempat itu. Aku menerawang menatap langit langit kamarku yang berwarna biru tosca, melamunkan nasip hidup yang sedikit miris. Ku gapai foto bunda yang terletak diatas nakas dan mulai bercerita tentang keseharianku, seperti biasanya.
Sedikit kaget saat ayah tiba tiba masuk kedalam kamar dengan seulas senyum lembutnya. Kesukaanku! Aku seuka senyum itu. Katakan aku lebay, toh aku benar benar menyukainya.

"Ayah mau kemana? Rapi banget." Ayah tersenyum lagi, sambil mengelus lembut kepalaku, ah bahagia itu memang sesederhana ini semua. Trimakasih tuhan, untuk seorang ayah yang sangat hebat dan berharga.

"Siap siap gih,"

"Mau kemana?"

"Suatu tempat, kamu pasti seneng. Ayah tunggu dibawa." Ayah mengecup puncak kepalaku lalu mengacaknya dengan lembut membuatku mengulum senyum bahagia sambil mengangguk. Setelah mengucapkan kata 'iya' aku segera mengganti bajuku dengan baju santai. Toh ayah tidak bilang kalu ini acara penting.
 
***

Sudah sampai, dan aku kenal tempat ini, makam Bunda. Ah, ini salah satu kebahagiaanku. Aku bahagia Ayah sangat setia meski Bunda telah lama tiada, aku senang walau terkadang terpikirkan juga untuk mencarika pendamping untuknya.

"Hallo bunda, apa kabar? Pasti baik deh. Maaf ya Ify Gak Bisa sering sering kesini nemenin bunda. Ify seneng deh hari ini Ayah ngajak Ify kesini. Tau gak? Tian udah balik lho, mungkin bunda udah tau kali ya? Bundakan selalu ngintip aku lewat syurga." Aku tersenyum menatap gundukan tanah didepanku, Ayah masih mengelus rambutku sambil ikut tersenyum. Ah, andai Bunda masi disini mungkin kami akan menjadi kluarga yang dangat berbahagia dan harmonis.

"Gin, maafkan aku jika belum membuat putri kecilmu ini bahagia. ijinin aku untuk membahagiakan Ify lagi, ya." Kutatap ayah yang masi menatap lurus kearah nisan bunda sambil tersenyum. Hey, bahkan selama ini aku selalu bahagia bersamanya. Aku diam saja sambil mulai melantunkan doa doa kecil untuk bunda.

"Yuk, fy. Kita pergi, biar bunda istirahat." Aku mengangguk, mengecup sekilas nisan bunda lalu mengikuti ayah yang telah beranjak lebih dulu setelah mengelus dan mencium lama nisan bertuliskan Gina Sonia itu.
 
***
 

"Yo, jalan yuk. Bosen nih, dari kemaren dirumah kamu terus maennya. Ajak aku keliling jakarta kek, apa kek gitu." Rio mendengus mendengar ocehan Vania yang belum berhenti sedari tadi, ia bahkan tidak bisa fokus dengan televisi didepannya yang tengah menyiarkan acar music favorite-nya itu.
 
"Yo, ayolah. Kamu gak kasian sama aku yang udah sumpek banget ini? Hah... Need refresing RIO!"

"Oke, Cepetan!" Rio menyerah, gadis yang mengaku ah tidak gadis yang berstatus pacarnya itu sungguh tak bisa dibantah keinginannya. Vania menyunggingkan senyum kemenangan kemudian menarik pria es itu menuju mobil sport berwarna merah miliknya. "Mau kemana?" Tanya Rio, Vania menggeleng. Hey, gadis itu bahkan baru dua hari di Jakarta, mana dia tau ingin kemana?

"Jalan kemana aja, Yo. Yang penting seru. Ke mol juga gapapa deh."

"Ok"

Sekitar setengah jam Rio berkendara sampai akhirnya sampai di kawasan epicentrum. Keduanya. Rio dan Vania, terlihat seras, Vania si model cantik bertubuh proporsional dan Rio yang menawan. Prince and Princcess? Mungkin sebagian orang beranggapan begitu.

"Yo, makan dulu yuk, laper nih." Rio hanya mengangguk sambil terus berjalan ke arah tempat makan yang ditunjuk Vania, Restoran Jepang.

"Yah kok penuh sih?" Vania masi nampak mengok kesana kemari mencari tempat sampai menemukan seseorang yang sangat dikenalnya tengah bercengkarama dengan dua orang yang ntah siapa.

"Mama!" Panggil Vania sambil sedikit tersenyum dan menggeret Rio.

***

Aku disini, namun ragaku telah terbang ntah kemana. Dia didepanku, bersama seseorang yang kini menggenggamnya erat bahkan sangat erat walau aku memaksa melepas ikatannya. Aku tersenyum meski perih, aku berusaha tertawa walau hambar. Tak seorangpun tau, karena tak seorangpun peduli.

"Jadi, Ify satu sekolah sama Vania dan Rio?"

"Satu kelas, ma."
Yah, kalian tau? Saat ini aku duduk berlima dengan Rio, Vania, Ayah, dan Ibu-nya Vania. Entakh kebetulan atau kesialan macam apa yang menimpaku saat ini, aku mungkin pernah berhayal makan di restoran bersama Rio, tapi bukan seperti ini! Yang ku impikan adalah makan berdua, bukan makan yang berakhir dengan aku yang lagi lagi harus menelan sakit.

"Wah, kalian pasti udah akrab donk ya?" Tanya tante Dina, aku tak memberikan komentar apapun, biarkan saja Vania yang menjawabnya sendiri. Rio? Jangan harap, aku kenal dia.

"Kami lumayan akrab, bahkan aku dan Ify sering kekantin berdua. Dan Rio sering mengajari Ify." Dia berbohong. Akrab? Sejak kapan kami akrab? Bahkan Vania baru sehari bersekolah, dan soal Rio, bagaimana bisa ia tau?.

"Ah iya, mulai minggu ini akh akan ikut belajar bersama kalian berdua, bolehkan, Fy?" Aku sebal! Tak adakah yang mengerti aku saat ini? Sungguh, aku ingin sekali berlari menyembunyikan wajahku yang ntah kenapa ku rasa memerah karena menahan marah. Antara sedih melihat Rio Dan marah dengan keadaan ini.

Pembicaraan terus berlanjut aku tak begitu peduli, hanya berbicara secukupnya, kalian boleh bilang aku sedang menduplikat Rio saat ini, tapi aku sungguh tidak berniat begitu.

"Kamu setuju jugakan, Fy?"

"Ah? Ya"

"Benarkah Sayang?"

"Ngg... Sebenarnya aku nggak denger ayah bilang apa." Kalian tau kan? Aku tak bisa berbohong dan aku memang tidak mendengar ayah mengatakan apa tadi. Ayah tersenyum sambil membelai rambutku, aku tak mengerti mengapa semua orang menatapku. Vania bahkan tersenyum. Hah? Tersenyum? Bagaimana bisa ia tersenyum kearahku? Aneh.

***

Aku dan ayah sudah berada dirumah, setelah makan siang yang cukup menyebalkan itu aku sedikit maksudku sangat bad mood, bahkan aku bahkan seperti tak memiliki kekuatan untuk sekolah besok. Cukup sakit melihat Rio dan Vania Selalu bersama seperti tadi, tidakkah mereka memikirkan perasaanku? Ah aku lupa, untuk apa memikirkan aku? Aku salah memang karena bersikap egois dengan terus mencintai lelaki yang telah memiliki pasangan, hanya saja, aku terlalu lemah untuk berusaha berhenti mencintai Rio.

Bersambung.
Hallo, Ngaret Ya? Maapkan Diriku Permirsah, Aku Mah Apa Atuh? Cuma Author Abal Abal Yang Sok Sibuk(?) :v
Part Ini Kayanya Yang Paling Gaje Dan Banyak Typonya Yakan? Duh Maap Yak Mengecewakan 😂 Yang Sebel Ama Vania Mana Suaranya? Sama saya jugak 😂

Nyata Bahagia



Nyata Bahagia


Pada Akhirnya
Setelah Lama Bergulung Dalam Luka
Tenggelam Dalam Kelam
Lalu melupakan Harapan,
Akhirnya Datang Jua
Caya Penawar Luka
Yang Akhirnya Menarikku
Membawa Jauh Menuju Kebahagiaan
Bersama Asa Baru Yang Nyata.


~Aika Yuppy~

Kamis, 05 Januari 2017

Bingung *Puisi*

Bingung




Malam Itu
Saat Aku Tengah Termenung Sendirian
Disudut Sana, 
Ku Lihat Sebuah Biantang Berkilauan
Sangat Terang, Begitu Indah Menawan
Namun, Ia Mungkin Kesepian
Begitu Jauh Dengan Bulan, Dan Sendiri
Aku Bingung, Mengapa Sosok Indahnya
Tak Dapat Menarik Bintang Lain Tuk Mendekat
Ataukah Mereka Iri Dengan Indah Cahyanya?
Aku Masi Berfikir Bahkan Sampai Saat Ini 
Hingga Perlahan, Sinarnya Meredup 
Dan Hilang.


Aika Yuppy