Minggu, 09 Agustus 2015

It's Not Dream Part 2 *Cerbung Rify*

It's Not Dream Part 2 *Kita Senasib*
FB:

Yullia Pnt

Yullia's Story


Twitter:

@Yullia_Rise


Wattpad:

 @YulliaUllya


Instagram: 

@Yullia_Rise25


Ask.Fm:

 @YulliaUllya

 Happy Reading Guys!


Cakka terilahat seperti orang bodoh, ia cengo dengan sikap Rio.
 
 "Kok Rio marahnya sampe segitunya ya? Perasaan kita udah sering marah-marah sama dia and dia woles aja tuh! Tapi kok tadi dia marah banget ya?" Cakka trus mengoceh sendirian, sementara Agni dan Via sudah berlari menuju kelas dimana mereka tadi meninggalkan ify sendirian.
 

"Loh, tuyul dua tadi kemana ya? Ah gue ditinggalin lagi deh! Dasar" Cakka terus saja mengumpat sambil berjalan mengikiti Agni dan Sivia yang berjalan tak jauh dari dirinya.
 

*** 
"woy, lo bedua ngapain disini? Ify mana?" tanya pria itu pada dua cewe manis yang dipanggilnya tadi. Merasa tidak dihiraukan -Cakka- lelaki itu mengikuti arah pandang dua makluk yang sedang diajaknya berbicara. Matanya membulat sempurna kala melihat sang pujaan hati tengah bersama cowo tengil yang menurutnya tidak pantas untuk gadis itu.
 

"IFY!" teriak Cakka, Agni dan Sivia langsung melihat kearah Cakka dengan tatapan jengkel.

"lo ngerusak suasana aja sih, Kka!" maki Via dengan nada sedikit berbisik.
 

"tau nih. Ini kesempatan tau buat Ify. Lo malah ngerusak semuanya!" ucap Agni dengan nada geram. Sementara Cakka? Ia malah melenggang pergi menuju tempat dimana Ify dan Rio yang kini menatapnya.
 

***
 
Mata Ify terbelakak. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, seorang Mario menangis? Apa ia tak salah melihat? tentu tidak. Dengan ragu Ify memukul pelan bahu Rio.
 
"ngapain lo disini?" Ucap Rio tanpa menghapus air matanya. Mungkin ia ingin dunia tau bahwa ia juga manusia. Ia juga bisa menangis.
 
"Bila kamu punya masalah, kamu bisa cerita ke aku! Mungkin aku bisa membantu" Ify tersenyum lalu segera duduk disamping Rio. Entahlah, ia tak tau keberanian dari mana yang membuatnya berani bertingkah seperti itu. Hening. Tak ada yang mengeluarkan kata-kata. Ify yang sebenarnya ingin bicarapun terasa susah sekali.
 

"Mama udah meninggal pas ngelahirin gue" Ify tersentak. Pantas saja Rio marah saat Cakka mengungkit masalah mamanya.
 

"kalo lo mau bilang gue nggak pernah diajarin sopan santun sama mama gue, itu emang bener. Jangankan diajarin sopan santun, ketemu aja gue nggak pernah. Tapi mama cuma sempet ngasi gue nama, Mario!" Rio tersenyum miris. Butiran bening itu kembali turun.
 

"kita sama kok" Ify memandang lurus kedepan, seuntai senyuman terukir indah dibibirnya. Rio memandang Ify dengan tatapan penasaran. Ia hanya diam, menanti gadis itu melanjutkan ceritanya.
 

"seenggaknya kamu lebih beruntung dari aku. Mama kamu masih bisa ngasih nama ke kamu. Sementara aku? Aku lahir dengan cara sesar. Mama keburu diambil tuhan sebelum ia sempat berusaha ngeluarin aku dari rahimnya" butiran bening meluncur bebas dipipi mulus Ify. Dengan segera ia menghapus air matanya, ia tidak mau terlihat cengeng didepan Seorang Rio.
 
"Tapi walaupun gitu, aku harus terus semangat. Aku nggak mau mama sedih karena aku sedih" Ify memandang kearah Rio.
 
"Kamu juga harus semangat, jangan jadikan mama kamu sebagai alasan kamu buat sedih dan suka menyendiri. Karena dengan sikap kamu yang seperti itu mama kamu pasti sedih!" Rio mencerna kata-kata gadis disampingnya ini. Rio tersenyum, Ify benar, ia tidak boleh terus terpuruk seperti ini. Rio ingin bertrima kasih kepada Ify, tapi satu suara membatalkan keinginannya itu.
 

"IFY!" Mereka melihat kearah sumber suara itu. Cakka, dalam hati Ify mengumpati Cakka yang telah mengganggu momen pentingnya bersama Rio. Tapi Ify tersenyum ketika melihat Via. Sepertinya penafsiran Via benar.
 
"Setelah gue merhatiin Rio selama beberapa abad. Sekarang gue tau kalo prinsipnya Rio itu 'Save the best for last' jadi jika lo bisa menjadi yang terbaik dimata dia, dia bakal nyimpan lo sebagai yang terakhir" itulah yang dikatan Via saat Ify hampir putus asa karena sikap Rio. Walaupunucapan Via itu sempat mendapatkan ekstra jitakan dari Agni dan Ify karena cukup ngelantur, kini ify membenarkan ucapan sahabatnya itu, ya jelaslah dapat jitakan. Via kenal Rio aja baru tiga tahun ini, bagaimana bisa ia telah memerhatikannya seaama satu abad. Mungkin waktu itu Via hanya ingin menghibur Ify dengan guyonannya. Tapi sekarang rasanya itu bukan lagi sebuah guyonan. Ify merasa bahwa Rio sudah mulai membuka jalan untuknya. Walau itu hanya sedikit.
 

Ify tersenyum melihat Agni dan Via yang sedang merutuki kelakuan Cakka, mereka sangat lucu, pikirnya. Sementara Rio, ia memasang ekspresi datar lalu segera pergi menginggalkan Ify dan Cakka yang sudah berada disamping Ify.
 

"Kamu ngapain sih sama manusia es itu? Kaya nggak ada kerjaan lain aja. Kalo dia nyakitin kamu giemana Ify sayang!" tanpa peduli dengan Cakka yang menurutnya overprotektive, Ify segera pergi menuju tempat Sivia dan Agni. Sementara Cakka terus mengomel tanpa sadar bahwa gadi pujaan hatunya itu telah meninggalkannya.
 


Bersambung 
Penasaran ? Tunggu Aja Kelanjutannya !
 

Jangan Jadi Pembaca Gelap Gays! Sorry Ya Kalo Nggak Memuaskan ! Maklum Masih Amatiran. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar